KANAL24, Malang – Masalah hasil penelitian masih menjadi salah satu PR dunia perguruan tinggi di Indonesia termasuk di Universitas Brawijaya. Banyak hasil penelitian masih mandek hanya di lab dan publikasi. Padahal banyak tema dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai solusi berbagai permasalahan dalam masyarakat. Hal tersebut diungkapkan oleh juara 1 dosen berprestasi universitas Brawijaya tahun 2019, Andi Kurniawan S.Pi, M.Eng, D.Sc. Andi memaparkan, dewasa ini proses hilirisasi dalam tri dharma perguruan tinggi menjadi aspek penting yang perlu disoroti. Andi mejelaskan bahwa seharusnya setelah pendidikan dan penelitian, proses pengabdian dalam masyarakat diimplementasikan secara maksimal oleh perguruan tinggi.
”Ketika saya melihat konsep penilaian dosen terbaik UB, saya melihat penilaiannya komprehensif, Pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Untuk pendidikan, apa saja yang sudah dilakukan untuk mengembangkan bahan ajar, untuk penelitian apa saja yang sudah kita teliti dan publikasi, dan dari semua itu kemudian proses hilirisasi untuk masyarakat, pemerintah dan industri,” kata Andi
Sewaktu seleksi dosen terbaik dirinya memiliki dua tema riset yang menurut dia sesuai dengan kriteria yang di tentukan oleh Universitas.
“Kebetulan, saya mempunyai dua tema riset besar yang mewakili itu semua,” kata Andi dalam wawancara denga Kanal24 (24/5/2019).
Dosen Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) tersebut juga menjelaskan dalam konteks hilirisasi tersebut kurang menjadi sorotan masyarakat kampus. Dimana beberapa dosen hanya fokus pada pendidikan dan penelitian sehingga lupa dengan proses pengabdian masyarakat dan implementasi.
“Saya melihat begini, saat ini dosen itu dinilai hanya berdasarkan H indeks, banyak orang memandang bahwa dosen itu dinilai dari berapa H indeksnya saja, berapa publikasi scopusnya saja. nah saya melihat trendnya begitu,”lanjut Andi.
Andi mengatakan bahwa trend tersebut hanya bagian dari tri darma perguruan tinggi dan tidak mencakup keseluruhan. ada aspek-aspek lain yang masih belum dicapai.
“Terus terang saya menolak trend ini, karena itu hanya salah satu aspek saja, percuma H indeksnya tinggi, publikasinya banyak kalau gagal di hilirisasi,”
Juara 1 dosen berprestasi tersebut menjelaskan bahwa konsep yang dia bawa saat seleksi adalah penyelarasan ketiga aspek sampai pada pemaksimalan hilirisasi.
“Jadi itu adalah problematika pembangunan perguruan tinggi Indonesia. semua berhenti di lab, semua berhenti di publikasi bahkan sedikit yang berhenti di buku, sehingga ada gap besar antara perguruan tinggi dengan pembangunan sesungguhnya,”pungkasnya.