Dana darurat ini sengaja saya bahas sekali lagi, karena terkadang banyak yang melupakannya. Kita hanya terfokus pada kegiatan berinvestasi untuk mencapai beberapa tujuan keuangan kita dan melupakan hal sederhana seperti ini. Beberapa resiko seringkali dekat dengan kita tanpa kita ketahui dan bila itu menimpa, bisa jadi investasi yang kita lakukan akan terhenti ditengah jalan yang tentu saja berakibat dengan gagalnya mencapai tujuan keuangan yang sudah kita tentukan sebelumnya. Oleh sebab itu para Financial Planner menganjurkan bagi kita untuk membentuk dana darurat minimal 30% dari kebutuhan sebenarnya sebelum kita mengambil langkah untuk berinvestasi.
Sebenarnya… apa sih Dana Darurat itu dan mengapa penting untuk memilikinya?
Sesuai namanya, Dana Darurat adalah suatu dana yang telah dialokasikan secara terpisah, untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya sangat darurat, misalnya saat terjadi sakit, kecelakaan, PHK, dan lain sebagainya. Memiliki dana darurat menjadi penting bagi setiap pribadi dan keluarga, karena ini akan menjadi “pelampung” bagi kita ketika resiko-resiko tersebut terjadi dan kita memiliki kesempatan untuk “menepi” dan memulai lagi untuk beraktifitas normal tanpa mengganggu cashflow setiap bulan.
Jadi Dana Darurat yang sudah kita punya akan menyelamatkan kita dari kondisi terburuk saat beberapa rintangan dalam perjalanan hidup kita. Kita bisa memakai dana darurat sampai kondisi berangsur-angsur normal dan tidak perlu mengambil investasi yang sudah kita lakukan atau bahkan menjual aset-aset yang kita miliki. Selain biaya-biaya hidup yang tidak bisa kita tunda pengeluarannya pada kondisi apapun, misalnya untuk makan, listrik, pulsa telepon, gaji pegawai rumah tangga dan lain sebagainya, bahkan beberapa kewajiban/ hutang dan pos saving/ investasi tetap bisa terlaksana.Jadi fokus tidak terpecah antara menyelesaikan masalah yang terjadi dan memenuhi kebutuhan keluarga kita.
Berapa besar Dana Darurat yang harus kita punya?
Dana Darurat setiap orang berbeda-beda besarannya, tergantung apa tolak ukurnya dan apa statusnya. Tolak ukur disini maksudnya adalah berdasarkan income per bulan atau berdasarkan pengeluaran per bulan. Mau memilih yang mana semuanya bisa saja, tergantung kita merasa nyaman yang mana. Yang pasti setiap dari kita sudah mengatur cashflow kita dengan baik, sehingga akan tahu mana yang terbaik bagi kita masing-masing. Karena saya menyarankan untuk mengatur cashflow berdasarkan persentase ideal untuk setiap kategori pos pengeluaran (Pos ZIS/ Persepuluhan; Pos Hutang; Pos Saving/ Investasi; dan Pos Biaya Hidup) maka agar hidup tetap berjalan normal lebih baik pilih berdasarkan income yang kita dapatkan setiap bulannya. Untuk yang memiliki income tidak tentu setiap bulannya, maka hitung keperluan setiap pos-pos pengeluaran bulanan (lengkap termasuk pos saving), maka itulah tolak ukur yang bisa dipakai.
Setelah kita sepakat dengan tolak ukurnya, selanjutnya status yang akan mengambil peranan dalam menentukan besarnya Dana Darurat yang harus dimiliki. Untuk yang masih berstatus single, maka cukup menyisihkan 3 x income bulanannya. Bagi yang sudah menikah dan belum memiliki anak, maka sisihkan 6 x income. Sedangkan yang sudah menikah dan memiliki anak maka yang disisihkan adalah 9-12 x income bulanannya. Jadi lebih gampangnya, setiap anggota keluarga harus memiliki Dana Darurat sebesar 3 x income keluarga tersebut. Berarti yang memiliki anak lebih banyak, harus menyisihkan lebih banyak pula.
Kalau Dana Darurat tersebut belum anda miliki saat sekarang, bukan berarti harus seketika tersedia jumlah tersebut. Kita bisa membentuknya dengan cara dicicil seperti kita mencicil hutang atau investasi kita. Bedanya adalah prioritaskan cicilan ini sebelum membentuk cicilan investasi. Kalau saat sekarang kita telah mempunyai cicilan Reksadana, maka untuk sementara alihkan cicilan tersebut ke cicilan Dana Darurat. Atau kalau memungkinkan tetap melakukan dua-duanya. Prioritas tersebut dipilih apabila sudah tidak ada dana lain yang bisa dialokasikan untuk mencicil Dana Darurat. Setelah minimal terbentuk sebesar 30% dari kebutuhan Dana Darurat, silahkan melanjutkan cicilan investasi dan tetap mencicil Dana Darurat sampai terbentuk sesuai kebutuhan ideal.
Dana Darurat yang kita bentuk sebaiknya kita simpan di rekening yang terpisah dengan rekening transaksi kita. Pilih bank yang tidak terlalu banyak mengenakan biaya administrasi bulanan terhadap rekening tersebut. Walaupun ada kartu ATM nya (untuk memudahkan dalam mengambil dana saat terjadi kondisi darurat) namun jangan bawa dan simpan kartu ATM tersebut didalam dompet Anda. Simpan di laci atau lemari yang diketahui oleh pasangan kita atau orang kepercayaan. Kalau kartu ATM dana darurat tersebut dibawa dalam dompet, bisa menjadi godaan kalau tiba-tiba ada sale barang yang anda sukai. Karena bisa saja Anda akan memberlakukan keadaan darurat sesuka hati Anda, hehehehe….
Naaah…..disini nih asyiknya. Kalau kita sudah memiliki Dana Darurat dan jumlahnya sebesar kebutuhan ideal, maka hidup kita akan menjadi tenang. Apabila dana yang terbentuk lumayan besar, tidak ada salahnya sebagian kita rubah ke bentuk lain, misalnya menjadi emas. Prinsipnya adalah aman dan gampang di akses, kalau berbentuk selain tabungan di rekening bank, maka harus berupa instrument yang likuit, gampang untuk dicairkan. Pilih emas batangan dan bukan perhiasan agar tidak menanggung biaya pembuatan perhiasan tersebut. Jangan seluruhnya di rubah ke emas batangan, cukup maksimal 50% nya saja. Kita bisa membiarkan dalam bentuk tersebut sampai memang kita perlukan saat darurat atau kita mau mendapat keuntungan dari transaksi tersebut.
Transaksi tersebut memungkinkan kita mendapat keuntungan dari kenaikan harga emas. Jadi saat kita melakukan perubahan ke bentuk emas, pastikan harganya saat mengalami penurunan dan kita bisa melepasnya saat harganya sudah mengalami kenaikan. Kita juga bisa memakai sebagian Dana Darurat untuk membeli saham saat pasar lagi mengalami penurunan dan menjual kembali saat sudah kembali normal (Note : hanya bagi yang sudah pintar bertransaksi di pasar modal saja ya!).
Hal ini bisa disebut dengan aktifitas profit taking, dan hal ini sah-sah saja kita lakukan dengan syarat : memakai maksimal 50% dana dan jauhkan diri dari sifat serakah. Selalu ingat ini hanya sebagai selingan saja karena yang kita pakai adalah dana milik Pos Dana Darurat. Kalau tidak yakin bisa melakukan aksi profit taking di atas, maka jangan dilakukan. Biarkan dana tersebut aman dan tenang di rekeningnya ya……
Semoga tulisan kali ini bermanfaat untuk teman-teman semua.
Another Idea : “Dompet pun Punya Dana Darurat!”
Selain punya Dana Darurat untuk keluarga yang sudah terbentuk, Anda pun bisa melakukan cara sederhana ini yaitu memiliki Dana Darurat untuk dompet. Ini diberlakukan untuk uang belanja harian dan uang operasional sehari-hari. Caranya dengan selalu menyisihkan setiap uang pecahan 20 ribu rupiah yang Anda dapatkan ketika melakukan transaksi pembelian di warung atau minimarket. Tempatkan uang tersebut di lipatan dompet diluar lipatan utama, pilih yang tersembunyi (biasanya dompet punya beberapa lipatan). Setiap mendapatkan pecahan tersebut, selipkan dilipatan yang dimaksud. Kadang-kadang kita memakai untuk pembayaran apabila uang tunai kita terbatas, tapi ini dilakukan kalau memang sudah tidak ada pilihan lain. Dan rasakan ketenangan sebagai akibat adanya dana darurat di dompet kita. Trust me..it work! J
Mimien Susanto – Financial Planner
