Malam itu adalah malam yang dingin dirasakan oleh sepasang burung pipit yang sedang menginap di salah satu ‘hotel termewah’ di ranting pohon mangga sebelah rumah. Terdengar kicauan kedua pasang burung itu sedang menceritakan keadaannya, “Pa, besok kita makan apa? Anak-anak kita yang masih kecil juga perlu kita carikan makan looh”, kata sang pipit betina kepada suaminya. “sudahlah maaa, nanti kalau sudah matahari mulai bersinar, kita cari makan secukupnya”, jawab si jantang suaminya dengan santai.
Pagi ini benar-benar terasa dingin sekali, kokok ayam sudah mulai terdengar saling bersahutan dan matahari pun sudah mulai menampakkan dirinya dari ufuk timur, suasana sekitar berangsur-angsur mulai menghangat yang menandakan saatnya si burung puput untuk menjalankan tugas hariannya yaitu menjemput rezeqi Allah swt hari itu.
Si burung pipit telah mengepakkan sayapnya, sekejap ia telah terbang menari-nari di angkasa menuju pohon demi pohon, rumput demi rumput, mematok biji-bijian yang didapatinya lalu sesekali kembali ke sarangnya untuk memberikan makan pada anak-anaknya yang masih kecil dan kemudian terbang kembali mencari makan. Tak terasa seharian telah dilaluinya untuk mencari makan, perutnya sudah terisi penuh, dia bahagian. Sementara diufuk barat, matahari sudah mulai redup dan saatnya menuju peraduan sebagai pertanda si burung pipit harus menyudahi perburuannya hari ini dan segera kembali ke sarangnya untuk istirahat tanpa menyimpan bekal makanan apapun untuk esok hari. Demikian ketawakkalan dan sikap qonaah sang burung pipit.
Lalu mengapa manusia kalah tawakkal dan kalah qonaah dengan burung pipit sehingga sering kali mengeluh dengan realitas yang ada atas keterbatasan ekonomi serta fasilitas hidup yang dihadapinya ?. Dimanakah letak kemuliaan dan ketinggian derajat penciptaannya ?. Namun demikianlah sifat manusia yang suka berkeluh kesah disaat menghadapi persoalan dan kekurangan, dan bersikap kikir dikala mendapatkan nikmat rezeqi. Sebagaimana dalam FirmanNya :
إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا . إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعٗا . وَإِذَا مَسَّهُ ٱلۡخَيۡرُ مَنُوعًا
Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir; (QS. Al-Ma’arij : 19-21)
Sikap tawakkal dan qonaah adalah dua senjata kemuliaan yang dapat mengundang keajaiban, walaupun kebanyakan manusia tidak menyadarinya. Seseorang yang tawakkal, memasrahkan dirinya.dan kehidupannya secara penuh kepada Allah swt maka Allah akan mengambil alih urusannya dan mencukupi kebutuhan hidupnya serta memberikan rezeqi kepadanya dari alan yang tak disangka-sangka. Sebagaimana dalam FirmanNya :
… وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا. وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا
…. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. (QS. Ath-Thalaq : 2-3)
Sementara seseorang yang bersikap qonaah, merasa cukup dan puas dengan apa yang telah Allah berikan padanya berupa rezeqi dan beragam nikmat serta ketetapan hidup, sekalipun sedikit maka Allah akan menurunkan padanya ketenangan hidup dan kebahagiaan. Sebagaimana
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah mengaruniakannya sifat qana’ah (merasa puas) dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim, no. 1054).
Sikap qonaah adalah wujud keluasan hati dalam menerima setiap apapun nikmat yang Allah swt berikan padanya dan tanda rasa syukur atas segala karunianya. Dan bagi mereka yang bersyukur maka Allah swt janjikan kepadanya dengan bertambahnya nikmat. Sebagaimana dalam FirmanNya :
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim : 7)
Lalu bagaimana agar lahir sikap qonaah dalam diri kita ?. Rasulullah saw memberikan arahan solusi yaitu dengan cara sesering mungkin melihat atas kehidupan orang-orang yang kehidupannya mungkin berada dibawah diri kita, baik dari sisi ekonomi, ketersediaan fasilitas hidup, kesehatan dan segala apapun nikmat hidup yang diberikan Allah swt. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim, no. 2963)
Disaat kita hanya melihat pada orang yang ada di atas kita dalam masalah harta dan dunia, maka tentu kita hanya akan merasa penuh dengan kekurangan yang menjadikan mudah meremehkan nikmat yang telah Allah swt berikan untuk kita dan akan jauh dari rasa syukur. Karena diatas langit ada langit, sehingga kita akan selalu merasa tidak puas dengan pemberian Allah swt.
Sementara jika kita bersedia melihat orang yang ada di bawah kita, maka kita akan sadar bahwa ternyata ada banyak orang lain yang masih berada jauh lebih susah dan lebih sengsara dibandingkan diri kita. Sehingga akan menjadikan diri kita penuh dengan rasa syukur, menganggap bahwa Allah swt telah memberikan banyak kemurahan dan kenikmatan, yang menjadikan kita mudah puas dengan segala apapun pemberian Allah yang ditetapkan untuk kita, sehingga tidak mudah menuntut dan berkeluh kesah dengan apapun realitas. Marilah kita belajar dari si burung pipit yang hebat itu ‼
Dengan ketawakkalan dan sifat qonaah inilah maka Allah swt akan mencurahkan kasih sayangNya dan membukakan pintu keajaiban (miracle) pada diri kita. Dan semoga kita layak mendapatkan kedudukan mulia di sisiNya kelak di akhirat. Semoga Allah swt menguatkan hati kita untuk tetap bersyukur dan qanaah atas segala ketetapan yang telah Allah swt tetapkan untuk diri kita. Semoga Allah swt selalu membimbing dan meridhoi kita semua. Aamiiiin…
KH. Akhmad Muwafik Saleh Dosen Fisip UB Malang dan Penulis Produktif