oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Rasulullah saw adalah pribadi yang penuh keteladanan yang sikap-sikapnya sangat sempurna sebagai contoh terbaik bagi manusia sepanjang masa. Termasuk dalam keteladan beliau adalah sikapnya dalam menerima tamu dan memberikan pelayanan kepadanya.
Suatu ketika, Rasulullah SAW kedatangan utusan dari Bani Abdul Qais. Beliau SAW bersabda kepada para utusan, “Selamat datang para utusan, yang datang tanpa akan kecewa dan tidak akan menyesal.” (HR Bukhari dan Muslim).
Saat menyambut kerabat keluarga pun, Rasulullah SAW begitu ceria. Suatu kali, putri kandungnya, Fatimah, datang mengunjungi Beliau SAW. Nabi pun bersabda, “Selamat datang wahai putriku.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam konteks komunikasi pelayanan publik, Hadits di atas memberikan pelajaran tentang berbagai hal, antara lain :
1. Perlu adanya greeting atau ucapan selamat datang ketika ada tamu yang datang sebagai bentuk penerimaan dan antusiasme atas kedatangannya. Greeting selamat datang adalah cara membuat tetamu (guest) atau publik layanan merasa tersanjung dan dimuliakan. Perasaan dimuliakan akan membangun persepsi positif terhadap lembaga pemberi layanan sehingga melahirkan image yang positif bagi organisasi.
2. Antusiasme ini tampak melalui wajah yang ceria penuh senyum kebahagiaan, ucapan yang menyenangkan serta menjauhkan dari wajah yang muram dan acuh terhadap tamu. Seorang petugas layanan harus selalu menampilkan wajah ceria penuh senyuman sebagai tanda penerimaan atas kehadiran orang lain. Senyuman adalah salam universal terhadap orang lain bahkan inilah fitrah komunikasi manusia yang tampak pada setiap bayi dan siapa saja yang berinteraksi dengan bayi, maka pasti akan tersenyum. Sehingga senyuman adalah mendekatkan setiap manusia pada fitrahnya untuk itu siapa yang memberikan senyuman pada orang lain pasti akan membalasnya dengan senyuman.
3. Termasuk dalam antusiasme dalam menerima tamu adalah berpakaian yang baik dan sopan sebagai tanda penghormatan dan memuliakannya. Karena tiadalah seorang yang mulia kecuali mereka bersedia memuliakan orang lain. Konsepsi profetik sangat menghargai kepada seorang yang berpakaian rapi, bersih dan sopan. Rasulullah SAW bersabda, “Makan dan Minumlah kamu, bersedekah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan sombong dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah SWT amat senang melihat bekas nikmatnya pada hambanya.”(HR. Baihaqi)
4. Berdiri saat menerima tamu sebagai bentuk penghormatan sekaligus antusiasme dalam menerima orang lain. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits bahwa, ” Dari Aisyah RA berkata, ‘Aku tidak melihat seorang pun di antara manusia yang lebih menyerupai Nabi dalam hal berdialog, berbicara, dan cara duduknya selain Fatimah RA’. Aisyah RA berkata, ‘Apabila Nabi SAW melihat Fatimah datang, beliau menyambutnya serta berdiri untuknya, lalu menciumnya sambil memegang erat tangan Fatimah itu. Kemudian Nabi menuntun Fatimah sampai mendudukkannya di tempat beliau biasa duduk. Sebaliknya, apabila Nabi SAW yang datang kepadanya, Fatimah berdiri menyambut Nabi serta mencium Rasulullah SAW’.” (HR. Bukhari)
Berdiri adalah sebagai tanda penghormatan lalu menyalaminya dan memberikan tempat duduk yang layak dan mulia pada mereka. Tempat pelayanan haruslah didesain senyaman mungkin termasuk ruang tunggu, agar tamu atau publik layanan merasa nyaman dan senang saat dilayani sdkaligus sebagai bentuk memuliakan mereka.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB