KANAL24, Malang – lagu kebangsaan Indonesia Raya dan penampilan lagu “Pelajar Pancasila” oleh mahasiswa PMM yang menggunakan baju adat dari berbagai suku di Indonesia menjadi pembuka pentas budaya dalam rangka penutupan Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 Universitas Brawijaya, sabtu (18/12/2022).
Acara dilanjutkan dengan penampilan kesenian dari mahasiswa PMM mulai dari Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menampilkan kesenian Pasarean. Kesenian ini ditampilkan oleh dua orang laki-laki yang bertarung, para petarung disebut “pepadu”. Sejarah Pasarean atau The Stick Fighting berawal dari ritual masyarakat agraris di Lombok untuk meminta hujan pada musim kemarau, atau dianggap juga sebagai bela diri.
Penampilan dilanjutkan oleh perwakilan dari Sumatra yang menampilkan tarian japin kontemporer “Laila Canggung” dengan kostum khas melayu yang didominasi oleh tiga warna melayu yaitu warna kuning, merah dan hijau. Selain itu, mereka juga menyuguhkan drama musikal “Naga Bonar”, dan di tengah drama juga ditampilkan tari tor-tor dari Sumatra Utara.
Tidak mau kalah dari NTB dan Sumatra, Kalimantan unjuk diri dengan menampilkan lagu daerah, yang pertama yaitu “Daya Taka”, “Bebilin”, “Baras Kuning”, dan “Ampar-Ampar Pisang” yang dinyanyikan oleh perwakilan mahasiswa dengan kostum Suku Dayak.
Tangkap layar penampilan tarian empat etnis dari Sulawesi Selatan (Tis’a Tursina/Kanal24).
Bergeser ke kanan dari Kalimantan, penampilan dilanjutkan dari perwakilan Sulawesi yang menampilkan musikalisasi puisi berjudul “Sulawesi untuk Masa Mendatang” dan tarian empat etnis dari Sulawesi Selatan (Makassar, Bugis, Mandar, dan Toraja). Tarian ini menggambarkan kedamaian dari keempat suku tersebut. Selain itu, Sulawesi juga menampilkan teater berjudul “Hilangnya Sebuah Harapan”. Teater ini menceritakan keresahan manusia yang menggantungkan harapan untuk terus bertahan hidup.
Tangkap layar penampilan tarian dari Bali (Tis’a Tursina/Kanal24).
Provinsi Bali juga tak kalah dengan memberikan penampilan dari pembacaan puisi berjudul “Bali Anyar” dan tari joget bumbum yang identik dengan gerakan tangan dan mata khas Bali.
Tangkap layar penampilan Tari Yospan dari Papua (Tis’a Tursina/Kanal24).
Perwakilan Indonesia Timur dari Maluku menampilkan dramatikal puisi “Lawa Mena”. Perwakilan dari Papua menampilkan tarian dan nyanyian yang menggambarkan kehidupan di Indonesia Timur yaitu tari Yospan yang merupakan gabungan dari dua tarian yaitu Yosim dan Pancar.
Setelah semua perwakilan memberikan penampilan terbaiknya, acara pentas ini ditutup dengan penampilan dari seluruh mahasiswa PMM yang menyanyikan lagu perpisahan yaitu lagu “Sampai Jumpa – Endank Soekamti”.
Acara akan dilanjutkan dengan acara pelepasan oleh Rektor UB dan penyampaian beberapa sambutan oleh panitia maupun perwakilan mahasiswa PMM.
“Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya, tapi perpisahan adalah momen untuk menjalin silaturahmi dalam pertemuan selanjutnya”, ujar Ni Wayan Dita sebagai salah satu perwakilan mahasiswa PMM dari Bali yang menyampaikan sambutan dan kesan pesan pada saat pelepasan (18/12/2022).
Slogan PMM 2 kali ini adalah “Bertukar Sementara, Bermakna Selamanya”. “Slogan PMM bermakna tiga poin yaitu untuk memperkuat, mengeksplorasi dan mempelajari keberagaman nusantara. Kegiatan PMM dapat diakuisisi menjadi kegiatan setara 20 SKS, dan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perguruan tinggi dalam mengelola program pertukaran mahasiswa”, ujar Prof. Dr. Aulanni’am, drh, DES yang juga menyampaikan sambutan dan materi mengenai PMM (18/12/2022).
Harapan dari pelaksanaan PMM ini yaitu dapat memberikan pengetahuan serta pengalaman bagi para mahasiswa dengan bertemu dan mengenal teman maupun kebudayaan dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia. Pelepasan mahasiswa PMM 2 ini menjadi pertanda berakhirnya masa program ini. Kabar baiknya akan dibuka pendaftaran PMM 3 segera.
Semoga UB dapat menyediakan kuota yang lebih banyak bagi mahasiswa luar UB yang ingin menuntut ilmu di kampus biru kita tercinta. (tis)