Kanal24, Malang – Buku Aldera – Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 merupakan sebuah karya tulis yang menceritakan tentang perjuangan para pemuda Indonesia yang tergabung dalam Gerakan Aldera (Aliansi Demokrasi untuk Reformasi) pada tahun 1993 hingga 1999.
Buku ini memaparkan tentang kondisi politik pada masa itu, di mana Indonesia masih berada dalam era Orde Baru yang diwarnai oleh pemerintahan otoriter yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Gerakan Aldera merupakan sebuah gerakan politik yang terdiri dari para pemuda yang mengusung semangat demokrasi, reformasi, dan hak asasi manusia.
Buku ini menyajikan berbagai fakta dan data yang menggambarkan bagaimana para pemuda dalam Gerakan Aldera melakukan aksi-aksi protes dan demonstrasi guna menyuarakan aspirasi mereka. Buku ini juga menampilkan kisah inspiratif dari para tokoh dalam Gerakan Aldera yang rela mengorbankan segalanya demi cita-cita yang mereka anut.
Melalui narasi yang lugas dan detail, pembaca dapat memahami betapa pentingnya peran para pemuda dalam perjuangan menuju demokrasi dan keadilan di Indonesia. Buku Aldera – Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 merupakan sebuah bacaan yang inspiratif bagi siapa saja yang ingin mempelajari sejarah pergerakan politik di Indonesia.
Dosen Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UB, Dr. Suryadi, M.S. (Sukana/Kanal24)
Buku ini diulas oleh Dosen Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UB, Dr. Suryadi, M.S. dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB, Wawan Sobari S.IP., M.A., Ph.D., dalam Kuliah Umum dan Bedah Buku Aldera : Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 oleh anggota enam Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) bekerjasama dengan Universitas Brawijaya (10/4/2023).
Dr. Suryati menyampaikan bahwa manusia itu diciptakan memiliki kemauan bebas dan wujud kemauan bebas itu paling tepat dibangun dengan berbagai nilai demokrasi. Jika demokrasi ini dihapuskan, maka hal tersebut tentu akan bertentangan dengan fitrah kemanusiaan karena pada dasarnya fitrah kemanusiaan adalah menuntut adanya ruang kebebasan.
“Sampai kapanpun dan dimanapun akan kita temukan gerakan demi gerakan dalam rangka untuk menuju kepada demokrasi,” ujar Dr. Suryadi.
Sedangkan Wawan Sobari mengatakan bahwa ada tiga tantangan milenial saat ini jika dikaitkan dengan konteks Aldera yang harus dihadapi oleh milenial. Tantangan pertama adalah karakter milenial itu sendiri, sebenarnya milenial percaya diri tapi ada tantangan idealisme yang berbeda dengan idealisme dulu. Tantangan kedua adalah terkait dengan demokratis.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB, Wawan Sobari S.IP., M.A., Ph.D. (Sukana/Kanal24)
“Saya sudah pernah mencoba menganalisis indeks demokrasi Indonesia 2009-2020 kalau kita lihat indikator-indikator demokrasi semua indikator yang bekerja menggerakkan demokrasi di Indonesia itu bukan Atas Nama Rakyat tetapi karena bekerjanya institusi politik dan institusi pemerintah jadi demokrasi itu menjadi tantangan buat milenial,” ujar Wawan Sobari.
Hal tersebut dilandasi oleh yang menggerakkan demokrasi tersebut adalah institusi atas nama negara, bukan institusi atas nama rakyat. Sehingga, generasi millennial dan semua pihak perlu memikirkan ulang apakah demokrasi di Indonesia ini bekerja berprinsip pada Society Center.
Tantangan ketiga, yakni oligarki, misalkan jabatan tiga periode kemudian penundaan pemilu, hingga gerakan anak muda yang kemudian masuk ke partai. (nid)
Baca Juga: Kuliah Umum dan Bedah Buku Aldera – Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999