KANAL24, Malang – Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) berhasil masuk dalam kategori 112 inovator Indonesia tahun 2020. Mereka adalah Sukandar, Sunardi, Zainal A, dan Vian Dedi P. Keempat dosen tersebut membuat Mesin Penetas Telur Penyu Otomatis (Maticgator).
Kepada kanal24.co.id, Sukandar atau yang akrab dipanggil Cak Kandar menceritakan perjalanan pembuatan teknologi mesin tersebut. Pada tahun 2011, ia mendampingi kelompok masyarakat Pantai Taman Kili kili Desa Wonocoyo Kabupaten Trenggalek sepakat membentuk Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) bersama Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Trenggalek dan Provinsi. Selain itu juga mendampingi pembentukan kelompok masyarakat pengawas Bina Samudera Pantai Serang Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar yang konsen melakukan perlindungan, pelestarian, pengawasan terhadap biota laut atau lebih di kenal dengan istilah konservasi penyu.
Pokmaswas Konservasi Penyu memiliki masalah pada saat musim penghujan tiba dan musim peneluran penyu mengalami banyak kendala mulai dari telur yang di selamatkan, kemudian di tetaskan dengan cara semialami mengalami kegagalan karena faktor curah hujan tinggi menyebabkan telur menjadi busuk, selain itu pengaruh dari pemanasan global, perubahan iklim mempengaruhi tingkat keberhasilan di dalam penetasan, jika suhu di alam tinggi kecenderungan menetas lebih banyak berjenis betina dan bisa kemungkinan betina semua padahal jika penyu berkembangbiak membutuhkan lebih banyak berjenis jantan.

Maka, pada tahun 2012 Cak Kandar mempunyai ide tentang teknologi penetas telur penyu otomatis dan kemudian di sampaikan ke tim untuk menindaklanjuti ide tersebut menjadi produk yang bisa bermanfaat bagi kelompok, mesin penetas telur penyu otomatis atau biasa di kenal dengan sebutan maticgator merupakan produk di awal tahun 2012 dengan pembuatan skala prototype (TKT 5), pada tahun 2013-2014 langkah pengembangan tingkat kesiapterapan teknologi (TKT) level 6, di tahun 2014-2015 melakukakan evaluasi dan pengembangan produk ke (TKT 7) dan mendapatkan pemesanan dari Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015-2018 untuk di produksi dan awal pemanfaatan oleh pasar.
Lalu, pada tahun 2019-2021 mendapatkan bantuan pendanaan dari BRIN Ristek Dikti dalam program pengembangan intelektual kampus yang dikenal dengan PPUPIK untuk menyempurnakan dan produksi massal pada TKT 8-9 bersama tim yang telah disebutkan diatas.
“Produk Mesin Penetas Telur Penyu Otomatis (Maticgator) sudah di pakai di berbagai wilayah di Indonesia antara lain pengelola konservasi penyu berbasis masyarakat sebanyak 20 unit, instansi pengelola konservasi penyu 1 unit, lembaga pendidikan sebanyak 4 unit, dan lembaga profesi sebanyak 2 unit,” kata Sukandar.
Ia melanjutkan, sistem pengoperasian produk maticgator sangat mudah, pertama cek kondisi mesin penetas telur penyu otomatis sebelum di gunakan, mengambil telur penyu yang sudah di pindah dari semialami, memasukan telur ke media pasir, telur di tata, disusun dengan media pasir dan di timbun kemudian masukan ke dalam inkubator (Maticgator), jika maticgator sudah siap nyalakan tombol on sampai layar LCD menampilkan gambar pengaturan yang akan di pilih, tekan tombol jenis reptile (Penyu, Kura Kura, Labi Labi, iquana, Branded Dragon, Komodo, Aligator dan reptil lainnya. Tekan tombol pilih jenis kelamin (Jantan atau Betina), tekan tombol play atau mulai. Tunggu sampai menetas kontrol dan pantau box maticgator menggunakan Smartphone secara real time.
Bonus atau manfaat bagi pengelola konservasi penyu yang membeli produk Maticgator selain membantu di dalam meningkatkan prosentase penetasan, mengontol kondisi lingkungan ruang penetasan sesuai yang di kehendaki, perlindungan dari predator, juga di bantu terkait Promosi ke wisatawan tentang ekowisata berbasis konservasi penyu dengan Platform bagi pengelola yaitu Maticgator Apps dengan fitur pengelola menginformasikan lokasi penyu, data penyu yang naik, bertelur, menetas, tukik yang di lepas ke laut dengan menawarkan program donasi anak penyu (tukik) bagi wisatawan antara lain kegiatan wisata pelepasan tukik yang nantinya bisa di pantau oleh wisatawan secara real time berbasis smartphone.
“Harapan ke depan, pengembangan program PPUPIK akan fokus didalam penjualan mesin penetas telur penyu otomatis (Maticgator) ke seluruh Indonesia, terus berinovasi dengan varian-varian produk maticgator dan memperbanyak di dalam penjualan spare part, mengembangkan mesin penetas telur reptil dan unggas (Multifungsi), membantu pengelola atau kelompok di dalam pengembangan ekowisata berbasis konservasi penyu dan atau reptil,” tandasnya. (meg)