oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Tiada satu pun rasul yang diutus oleh Allah swt untuk menyampaikan risalah Ketuhanan kecuali mereka menggunakan bahasa kaumnya agar umat dapat dengan mudah memahami maksud dari ajakan yang disampaikan oleh para Rasul itu. Menggunakan bahasa kaum berarti para Rasul adalah berasal dari kalangan mereka sendiri, hidup dan dibesarkan dalam budaya dan kebiasaan hidup mereka, menggunakan bahasa komunikasi sehari-hari sebagaimana yang dipakai oleh mereka. Hal ini dimaksudkan agar para Rasul benar-benar mengetahui kebiasaan dan persoalan hidup mereka secara riil, sehingga solusi yang disampaikan dengan risalah Ketuhanan itu juga tepat sasaran sebagaimana realitas persoalan yang sedang dihadapi oleh ummat itu. Demikianlah Allah swt menegaskan dalam FirmanNya:
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوۡمِهِۦ لِيُبَيِّنَ لَهُمۡۖ فَيُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (QS. Ibrahim, Ayat 4).
Hal demikian juga ditegaskan oleh Nabi Muhammad sebagaimana di dalam sabdanya:
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ عُمَرَ بْنِ ذَرٍّ قَالَ قَالَ مُجَاهِدٌ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَبْعَثْ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا بِلُغَةِ قَوْمِهِ
Telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Umar bin Dzarr berkata, Mujahid berkata dari Abu Dzar dia berkata, “Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dengan bahasa kaumnya.” (HR. Ahmad, no. 20441)
Apabila ditarik dalam konteks komunikasi pelayanan publik maka hal ini memberikan sebuah arahan bahwa hal pertama dalam pelaksanaan kegiatan publik adalah perlunya melalukan proses pengenalan pelanggan atau publik yang nantinya akan berinteraksi dalam pelayanan. Pengenalan publik pelanggan dimaksudkan untuk lebih mengetahui akan kebutuhan, keinginan serta persoalan yang secara objektif dialami oleh mereka sehari-hari sehingga layanan yang diberikan akan tepat sasaran. Untuk itu diperlukan pemahaman realitas dengan baik atas kebutuhan minimal publik layanan. Cara yang bisa lakukan untuk mengenalinya bisa melalui interaksi langsung dengan masyarakat, ikut terlibat merasakan persoalan kemasyarakatan (personal contact), mengamati secara langsung realitas yang ada dalam masyarakat (observasi), melakukan diskusi dan dialog secara rutin atas berbagai persoalan keseharian (interview dan focus group discussion), mendengarkan dan melihat secara langsung berbagai realitas yang memang memang menjadi kebutuhan dari masyarakat. Pengenalan langsung dan keterlibatan secara langsung dalam kehidupan masyarakat memudahkan para pemberi layanan mudah dan tepat dalam menyusun berbagai program pelayanan tersebut sehingga mampu memuaskan masyarakat yang menerima layanan.
Makna bilisaani qaumihi (dengan menggunakan bahasa kaum) dapat dimaknai keterlibatan secara nyata dan langsung dari pemberi layanan dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga nantinya program pelayanan berjalan efektif sesuai dengan kebutuhan. Demikian pula dengan menggunakan bahasa kaum maka komunikasi akan dengan mudah diterima karena publik menganggap bahwa pemberi layanan adalah bagian dari mereka sendiri. Hal ini dapatlah dipahami bahwa komunikasi akan efektif apabila sesuai dan dekat dengan realitas sosial budayanya.
Kedekatan pemberi layanan dengan publik penerima layanan menjadi salah satu syarat dalam pelayanan yang bermula dari pengenalan atas persoalan publik yang nantinya dapat dijadikan dasar dalam menyusun program termasuk cara dalam mendekati publik berdasarkan budaya komunikasinya. Pada sisi yang lain, dengan pengenalan yang baik maka publik maka akan mudah menerima setiap program komunikasi yang diluncurkan sehingga mampu menghadirkan partisipasi dan selanjutnya mereka akan memberikan loyalitasnya pada organisasi pemberi layanan.
Pengenalan pelanggan yang baik menjadi syarat utama bagi seorang pemberi layanan sebelum mereka menyusun program dan memberikan layanan. Dalam perspektif profetik, hal ini dapat ditelusuri dalam teks sumber wahyu yang memberikan inspirasi atas hal ini melalui kisah Nabi Ibrahim saat kedatangan tamu 3 malaikat yang menyerupai laki-laki dan kemudian Nabi Ibrahim menyuguhkan makanan pada mereka tanpa menanyakan terlebih dahulu pada mereka. Hal ini seakan memberikan sebuah pesan bahwa seorang pemberi layanan haruslah mengenali dengan baik pelanggannya atau publiknya sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan dapat memuaskan mereka.
Pengenalan publik dengan menggunakan bahasa kaum adalah cara untuk mendekati publik dengan baik agar komunikasi yang dilakukan selanjutnya dapat dengan mudah dipahami dan diterima sehingga pelayanan yang diberikan tidak ada lagi jarak antara pemberi layanan dengan publik yang dilayani. Karena semakin dekat hubungan antara pemberi layanan dengan penerima layanan maka menjadikan komunikasi pelayanan publik akan berjalan dengan sangat baik sehingga mampu membangun persepsi yang baik bagi penerima layanan yaitu masyarakat. Karena memang selayaknya pemerintah atau petugas pemberi layanan dekat dengan masyarakat yang dilayani. Semakin dekat hubungan maka semakin efektif komunikasi yang dilakukan.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB