Kanal24, Malang – Dalam era dimana teknologi terus berkembang pesat, penerapan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi kunci penting dalam mengoptimalkan berbagai sistem, termasuk dalam bidang Hayati seperti pertanian, peternakan, perikanan, dan bidang lainnya.
Di Universitas Brawijaya, langkah besar dalam memajukan riset-riset terkait AI dalam Hayati dilakukan melalui Bio AI Center yang dipimpin oleh Profesor Yusuf Hendrawan, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UB, dan Dr.Agr.Sc.Dimas Firman Al Riza, Ketua Kelompok Peneliti Bio AI.
Lab Bio AI Center merupakan wadah yang memfasilitasi dan menangani berbagai aspek kecerdasan buatan untuk sistem Hayati. Lab ini tidak hanya bertujuan untuk mendukung riset-riset dalam skala kecil, namun juga mempersiapkan prototipe yang dapat diimplementasikan untuk kebutuhan industri maupun masyarakat. Sebagai contoh, pengadopsian sistem sensing yang dimiliki manusia.
“Jadi kalau manusia memiliki 5 panca indera, di antaranya yang paling powerful mungkin mata, Nah itu bisa diadopsi menjadi sistem komputer dan bisa kita masukkan kecerdasan buatan sehingga bisa mendeteksi objek secara otomatis, mengklasifikasi, dan juga memprediksi berbagai macam hal yang berkaitan dengan kebutuhan di bidang pertanian,” Ujar Prof. Yusuf
Meskipun di luar negeri penerapan AI dalam pertanian sudah dilakukan sejak 20-25 tahun yang lalu, namun di Indonesia, terutama dalam konteks pertanian, hal ini masih tergolong baru. Oleh karena itu, kelompok riset dari laboratorium mekatronika biosistem yang kemudian membentuk Bio AI Center memiliki tujuan untuk mengimplementasikan kecerdasan buatan dalam bidang pertanian di Indonesia.
Salah satu keunggulan dari teknologi AI ini adalah mereka dapat melakukan pengukuran secara real time dan non-destructive.
“Misalkan kopi luwak yang harganya mahal, dia kalau dicampur dengan kopi lokal, apakah terdeteksi atau tidak. Kemudian ada kemarin misalkan pendeteksian kandungan aflatoxin pada kakao. Kemudian ada lagi kaitannya dengan sistem halal. Halal itu bagaimana kita mengidentifikasi produk-produk yang tidak halal. Misalkan daging yang tercampur dengan daging babi atau sebagainya, produk-produk olahan seperti kerupuk rambak yang non-halal itu kita bisa mengidentifikasi,” terang Prof. Yusuf.
Dimas selaku ketua kelompok Bio AI Center sendiri telah mengembangkan produk yang dapat mengidentifikasi jenis-jenis bakteri di dalam suatu citra gambar, identifikasi keamanan pangan.
Salah satu keunggulan dari AI adalah kemampuannya sebagai model empiris yang berbasis data. Dengan menyiapkan data yang cukup banyak untuk melatih model AI, kita dapat yakin bahwa model tersebut akan memiliki kestabilan dan akurasi yang tinggi.
“Bio AI Center telah berhasil mencapai akurasi lebih dari 90% dalam deteksi objek, meskipun hal ini dapat bervariasi tergantung pada kasus dan data input yang disediakan,” ucap Dimas.
Untuk langkah kedepannya, Bio AI Center juga akan menjadi salah satu pusat layanan bagi para teman-teman yang menginginkan kolaborasi. Sehingga harapannya adalah bagaimana teman-teman yang memiliki data bisa berkonsultasi apakah bisa AI dapat memodelkan atau dibuatnya prototype yang menjadi alat implementatif untuk kedepannya.
Universitas Brawijaya bersama dengan inovasi unggulan bertema AI siap mengembanggakn prospek Smart Agriculture. Smart Grading System adalah salah satu inovasi unggulan yang siap menjadi ciri dari Universitas Brawijaya.
“Kita punya banyak sekali produk-produk pertanian, buah-buahan, tropis dan sebagainya. Kenapa tidak bisa masuk ke pasar internasional? Karena sistem grading-nya tidak punya,” ujar Dekan FTP UB, Prof Yusuf.
Prof. Yusuf melanjutkan bahwa smart grading system adalah sistem sortasi grading yang cerdas, yang nanti mana kualitas A, kualits B, kualitas C, yang nanti bisa dimanfaatkan oleh industri sehingga hasil hasil produk agroindustri kita itu bisa masuk ke pasar internasional. Dan itu menjadi pencirinya UB.
Selain grading system, di sini juga ada Smart Farming Harvesting Automation. Ini berhubungan dengan precision farming, bagaimana kita memberikan nutrisi yang lebih presisi kepada tanaman dan itu dilakukan secara otomatis dan sebagainya. Termasuk juga sistem informasi geografi dengan penggunaan drone, multispectral imaging, dan soil sensor untuk pemetaan tanah.
Yusuf berharap jika hal diatas adalah cita-cita besar kita ke depannya, tapi mungkin yang kemungkinan akan kita ingin wujudkan di awal adalah Smart Grading System, dan program lain-lainnya akan berlanjut seiring dengan berjalannya waktu. (fan)