Kanal24, Malang – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengingatkan tentang potensi risiko Indonesia mengalami gangguan ketahanan pangan sebagai dampak dari kenaikan suhu Bumi. Dwikorita menyoroti kerentanan ketahanan pangan yang mungkin terjadi karena kekurangan air yang dipicu oleh peningkatan suhu permukaan Bumi.
“Terjadi kenaikan suhu hingga 2023 sebesar kurang lebih 1,2 derajat Celsius dibandingkan masa sebelum revolusi industri, dan 8 tahun terakhir ini tercatat sebagai rekor terpanas sepanjang sejarah,” ungkap Dwikorita (19/11/2023).
Suhu permukaan Bumi secara global terus mengalami peningkatan, termasuk sepanjang tahun ini yang mencetak rekor suhu tinggi. Juli 2023, misalnya, menjadi bulan Juli terpanas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Kenaikan suhu global sudah terjadi sejak tahun 1850-an, dipicu oleh pertumbuhan industri yang terus berkembang. Tren ini terus naik hingga tahun 2023.
Meskipun Dwikorita menyatakan bahwa Indonesia belum mengalami kenaikan suhu yang signifikan karena luas laut yang jauh lebih besar dari luas daratannya, ia tetap menyampaikan peringatan akan adanya kekeringan sebagai dampak dari global water hotspot akibat kenaikan suhu Bumi.
“Akibat kekurangan air ini, diproyeksikan oleh organisasi meteorologi dunia, termasuk di Indonesia, terjadi kondisi kerentanan cukup tinggi terhadap ketahanan pangan,” jelasnya.
Dwikorita memproyeksikan bahwa sekitar tahun 2050, indikator ketahanan pangan di sebagian besar dunia akan berada pada tingkat risiko “orange” bahkan “hitam”. Indonesia diharapkan masuk dalam kategori “orange,” menunjukkan tingkat risiko menengah, yang dapat menghambat impor pangan karena negara produsen pangan juga mengalami kekeringan yang parah.
Kepala BMKG juga mengungkapkan hasil pemantauan terhadap perubahan iklim, menyoroti lonjakan suhu Bumi karena peningkatan konsentrasi CO2 di GAW Kototabang. Ini menunjukkan urgensi untuk meningkatkan adaptasi perubahan iklim, literasi iklim masyarakat, dan transformasi energi dari fosil ke nonfosil. Dalam konteks ini, BMKG aktif melakukan pelatihan dan langkah-langkah untuk menghadapi dampak perubahan iklim di masa depan. (din)