KANAL24, Jakarta – Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia selama masa pandemi Covid-19 terus mengalami penurunan. Namun pada Mei 2020, sedikit mencatatkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month) sebesar 3,10 persen, dari 158,7 ribu menjadi 163,6 ribu.
Namun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, jumlah kunjungan wisman turun sangat curam, yaitu 86,90 persen, dari sebelumnya 1,24 juta wisman (year-on-year).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mengatakan situasi tahun ini sangat berbeda dengan 2019 yang masih dalam kondisi normal. Sehingga tidak heran jika secara tahunan, jumlah wisman pada Mei turun drastis karena adanya pandemi.
“Performa wisman kita sangat terdampak sekali dari Covid-19, pemerintah sudah melakukan kebijakan untuk membangkitkan wisata tetapi memang butuh waktu. Kita enggak tahu sampai kapan Covid-19 ini berakhir,” kata Suhariyanto, dalam konferensi pers virtual, di Jakarta, Rabu (1/7/2020).
Dari sisi moda transportasi yang digunakan wisman berkunjung ke Indonesia juga mengalami pergeseran. Biasanya di saat situasi normal, wisman lebih banyak menggunakan moda transportasi udara, kali ini menggunakan transportasi jalur darat.
Dia mengatakan jumlah wisman dengan jalur darat mencapai 114,7 ribu atau 70,1 persen dari total wisman periode Mei 2020. Sementara yang menggunakan moda transportasi udara hanya 0,3 persen. Sisanya dengan moda transportasi laut sebanyak 48,4 ribu atau setara 29,6 persen.
Secara kumulatif, lanjut Suhariyanto, jumlah kunjungan wisman sejak Januari-Mei 2020 mencapai 2,92 juta orang. Jumlah ini terdongkrak oleh kunjungan pada periode Januari 2020 yang saat itu kondisinya masih normal. Setelah adanya pengumuman dari WHO terkait pandemi virus korona, jumlah wisman terus mengalami penurunan.
“Kumulatif Januari-Mei 2020 jumlah wisman mencapai 2,09 juta, karena Januari masih tinggi jumlahnya, dibandingkan 2019, jumlah wisman kumulatif tahun ini turun 53,36 persen (sebelumnya 6,28 juta wisman),” ungkap dia.
Akibat penurunan yang drastis tersebut, berpengaruh pada tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Indonesia. BPS mencatat jumlah TPK pada Mei 2020 hanya 14,45 persen. Jumlah ini turun 29,08 poin (y-o-y) dan secara bulanan naik tipis 1,78 poin.
“Dengan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB), ini berpengaruh pada TPK pada Mei 2020. Menurut daerah, TPK terendah di Bali, sekarang hanya 3,27 persen dan Yogyakarta hanya 6,13 persen,” katanya.(sdk)