KANAL24, Jakarta – Kinerja ekspor sektor pertanian kembali menorehkan catatan paling positif dibandingkan sektor lainnya. Per September 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mendapati capaian ekspor sektor ini tumbuh paling subur yaitu sebesar 20,84 persen secara month to month (mtom) dan sebesar 16,22 persen secara year on year (yoy).
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan realisasi kinerja ekspor pada September 2020 sebesar USD14,01 juta. Dari jumlah itu kontribusi sektor pertanian sebesar 2,95 persen. Kemudian sektor migas 5,02 persen, sektor tambang 9,49 persen dan industri sebesar 82,54 persen.
Meski kontribusi terhadap total ekspor bulan September 2020 paling kecil, namun dari sisi pertumbuhan ekspor sektor pertanian paling tinggi. Nilai ekspor produk pertanian pada periode tersebut adalah USD0,41 miliar. Sementara sektor migas USD0,70 miliar, sektor industri pengolahan USD11,56 miliar dan sektor pertambangan USD1,33 persen.
“Sektor pertanian tumbuh bagus sekali. Yang naik cukup besar ekspornya adalah produk hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan tahunan, kopi dan lada, udang hasil tangkap secara bulanan,” ujar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Kamis (15/10/2020).
Kinerja apik ekspor sektor pertanian ini juga tercermin dari laporan tahunan. Dibandingkan periode Januari-September 2019 lalu, kinerja kumulatif ekspor sektor pertanian tahun ini juga tumbuh paling positif. Di saat yang sama, sektor lainnya justru terkoreksi, sedangkan sektor pertanian malah tumbuh sebesar 9,70 persen menjadi USD2,82 miliar.
Ekspor sektor migas pada periode Januari-September 2020 turun 32,10 persen dari USD8,76 miliar menjadi USD5,95 miliar. Untuk kinerja ekspor produk manufaktur di periode tersebut turun 0,25 persen dari USD94,60 miliar menjadi USD94,36 miliar. Sedangkan ekspor produk tambang dan lainnya turun 23,96 persen dari USD18,50 miliar menjadi USD14,07 miliar.
“Ekspor industri turun tipis 0,25 persen dan sektor pertambangan dan lainnya yang masih tumbuh negatif 23,96 persen, karena ada penurunan permintaan. Di sisi lain ada penurunan harga batubara yang cukup tajam,” kata Suhariyanto.(sdk)