Kanal24, Malang – Word of the Year Oxford English Dictionary telah mengumumkan “brain rot” sebagai Word of the Year 2024. Pemilihan ini dilakukan melalui jajak pendapat publik, melibatkan lebih dari 37 ribu suara. Fenomena yang menjadi istilah ini mencerminkan kebiasaan era digital yang semakin masif.
Apa Itu Brain Rot?
Secara harfiah, “brain rot” diterjemahkan sebagai “pembusukan otak” dalam bahasa Indonesia. Namun, istilah ini tidak merujuk pada kondisi fisik, melainkan pada penurunan kualitas mental atau intelektual yang disebabkan oleh konsumsi berlebih konten daring berkualitas rendah. Kamus Oxford mencontohkan fenomena populer seperti tren Skibidi Toilet sebagai pemicu utama.
Selain itu, brain rot juga menggambarkan dampak negatif dari kebiasaan daring yang berlebihan, terutama penggunaan media sosial yang memengaruhi kesehatan mental. Kebiasaan scrolling tanpa henti, menurut para ahli, dapat memenuhi pikiran dengan informasi yang tidak bermanfaat, sehingga memicu “pembusukan” secara mental.
Tanda-tanda Brain Rot
Terlalu sering terpapar konten daring bisa menyebabkan brain rot, yang gejalanya antara lain:
- Kecanduan perangkat: Seseorang merasa sulit melepaskan diri dari ponsel, bahkan terganggu aktivitas sehari-harinya.
- Gangguan tidur: Insomnia akibat terus-menerus menatap layar ponsel di malam hari.
- Keluhan fisik: Mata tegang, sakit kepala, hingga postur tubuh buruk akibat penggunaan gawai yang intens.
Dampak Negatif Brain Rot
Brain rot tidak hanya memengaruhi mental tetapi juga aspek sosial dan fisik seseorang. Berikut beberapa dampak yang sering dilaporkan:
- Penurunan kemampuan sosial, seperti sulit menjalin pertemanan atau menyelesaikan konflik.
- Kesepian dan rasa minder: Penggunaan media sosial yang berlebihan sering memicu kecemasan, bahkan depresi.
- Ketergantungan digital: Kebiasaan ini berisiko menyebabkan kecanduan yang sulit dihentikan.
Tips Mencegah Brain Rot
Meski menjadi fenomena yang luas, brain rot bukanlah kondisi permanen dan bisa dicegah. Beberapa langkah untuk menghindarinya:
- Kurangi akses perangkat pada anak-anak: Batasi penggunaan gawai sejak usia dini.
- Atur waktu layar: Tetapkan batas waktu untuk menggunakan media sosial setiap harinya.
- Prioritaskan aktivitas di dunia nyata: Habiskan waktu bersama teman, menjalankan hobi, atau berolahraga untuk mengurangi ketergantungan digital.
Brain rot mencerminkan tantangan yang dihadapi masyarakat era digital, tetapi dengan langkah pencegahan yang tepat, kondisi ini bisa diminimalkan. Ingatlah untuk lebih banyak menikmati momen di dunia nyata dan menjaga keseimbangan digital agar kesehatan mental tetap terjaga. (nid/idn)