Kanal24, Malang – Suciwati, istri aktivis kemanusiaan dan pejuang HAM Munir Said Tholib, menerbitkan buku yang diberi judul “Mencintai Munir”. Ia mengungkapkan bahwa buku ini bercerita tentang Munir secara utuh sekaligus menjawab berbagai hal yang selama ini disangkakan kepadanya.
“Selama ini orang melihat (Munir) secara sepotong-sepotong, ia dibilang antek asing, dan lain sebagainya, didiskreditkan oleh mereka yang tidak suka dengan perjuangan dan integritasnya sampai dengan saat terakhirnya.” tutur Suciwati pada Diskusi dan Bedah Buku “Mencintai Munir” di UB Coffee, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur (14/10/2022).
Suciwati, Istri Alm.Munir saat acara bedah buku Mencintai Munir di UB Coffee (Yordan/Newspoint)
Melalui buku “Mencintai Munir” Suciwati berharap ingatan perlawanan Munir atas ketidakadilan serta semangat memperjuangkan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia akan terus terjaga.
Hadir pula sebagai pembicara pada diskusi tersebut peneliti senior Imparsial, Al Araf. Ia menilai buku tersebut istimewa dan sarat akan pesan-pesan perjuangan untuk para aktivis kemanusiaan saat ini.
“Buku ini istimewa, Munir istimewa. Buku ini menceritakan tentang dua sejoli (Munir dan Suciwati) yang mencintai kemanusiaan itu sendiri,” katanya.
“Suci dan Munir di satu relung-relung kesepian dalam memperjuangkan hak buruh memberikan pesan pada para aktivis hari ini untuk tidak boleh frustrasi dan pesimis saat mengalami kebuntuan dalam melihat realitas sosial politik yang tidak menentu,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pesan terpenting dalam Mencintai Munir adalah bahwa meskipun tak selalu menghasilkan kemenangan, perjuangan atas kemanusiaan itu tak kenal kata lelah.
Fransiska Ayulistya (Dosen FH UB), Suciwati (Istri Alm. Munir), Yusri Fajar (Dosen FIB UB), Al Araf (Peneliti Senior Imparsial), saat Bedah Buku Mencintai Munir di UB Coffee (Yordan/Newspoint)
Selain itu, Yusri Fajar, M. A., Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) menambahkan dalam diskusi tersebut bahwa “Mencintai Munir” merupakan satu memoar tentang perjalanan Munir dan Suciwati menapaki peristiwa penting dalam memperjuangkan HAM.
“Melalui buku ini terbangun kembali memori-memori yang bisa mencerahkan, mengkritisi, bahkan bisa menjadi satu pendulum kesaksian dalam merespon persoalan HAM saat ini.“ tuturnya.
“Saya merasa bertemu dengan dunia aktivis dan advokasi yang penuh tantangan pada waktu itu, dan bagaimana Mbak Suciwati dan Cak Munir mendedikasikan hidupnya untuk orang banyak, serta dunia personal mereka berdua pada aspek domestik dimana tidak akan bisa ditemukan di media masa manapun.” imbuhnya.
Diva Suukyi Larasathi, anak perempuan dari pasangan Munir dan Suciwati pada Kanal24 mengungkapkan rasa syukur dan senangnya karena kini masyarakat bisa mengenal lebih dekat sosok Abah (sapaan Diva pada Munir).
“Selama ini media hanya menangkap kesedihan dari sosok Abah dan keluarga, bahwa Cak Munir itu sebenarnya adalah sosok Ayah dan suami yang amat sangat hebat. Ini yang harusnya bisa dishare.” tuturnya.
Dr. Muchamad Ali Safa’at, M. H., Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (FH UB) hadir dan mengapresiasi peluncuran buku “Mencintai Munir” sekaligus Diskusi dan Bedah Buku yang diselenggarakan oleh FH UB dan Museum Omah Munir.
Menurutnya, kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya melestarikan semangat perjuangan dalam penegakan HAM.
“Ini merupakan bagian dari upaya merawat dan mengingatkan kembali bahwa kasus pembunuhan Munir yang sampai sekarang kan belum terungkap, dan juga untuk melestarikan semangat perjuangan dari Munir untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.” jelasnya.
Dr. Ali Safa’at berpendapat bahwa buku “Mencintai Munir” memilki banyak pesan kemanusiaan sekaligus penyemangat bagi para aktivis dalam memperjuangkan HAM di Indonesia.
“Buku ini seperti berpesan pada pejuang keadilan untuk tidak lelah memperjuangkan kebenaran dan keadilan dan terus berpihak kepada rakyat terutama mereka yang terpinggirkan seperti perempuan dan buruh.” tuturnya.