Kanal24, Malang – Pendidikan teknik menuntut kemampuan berpikir kritis dan juga kemampuan menerapkan teori ke dalam solusi nyata. Prinsip tersebut diwujudkan oleh mahasiswa Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT UB) dalam Pameran Capstone Design Project (CDP) Semester Ganjil 2025/2026 yang digelar di Gedung A Lantai 2 Ruang 2.4 FT UB pada Kamis (13/11/2025).
Acara yang diikuti 38 kelompok mahasiswa ini menjadi ajang bagi calon insinyur muda untuk mempresentasikan hasil karya berbasis rekayasa teknologi yang inovatif, mulai dari deteksi penyakit hingga sistem energi cerdas berbasis Internet of Things (IoT).
Wadah Implementasi Ilmu dan Simulasi Dunia Industri
Dekan Fakultas Teknik UB, Prof. Ir. Hadi Suyono, S.T., M.T., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., APEC Eng., menjelaskan bahwa CDP merupakan bagian dari kurikulum wajib di rumpun keteknikan. Mata kuliah ini dirancang sebagai puncak pembelajaran mahasiswa untuk mengintegrasikan teori, eksperimen, serta manajemen proyek dalam satu kegiatan terpadu.
Baca juga:
DW Indonesia Gandeng FISIP UB Dorong Generasi Anti Disinformasi di Era AI

“Capstone Design Project ini menjadi kulminasi dari pengalaman belajar mahasiswa. Kami ingin mereka memiliki kompetensi yang utuh, baik dari sisi keterampilan teknis, kerja sama tim, maupun manajemen proyek,” jelas Prof. Hadi.
Melalui proyek ini, mahasiswa membuat prototipe dan juga menjalani simulasi dunia kerja teknik (simulated industrial engineering). Mereka dituntut untuk memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan, dan standar profesional di bidang masing-masing. “Kami harapkan lulusan kami mampu berpikir sistematis dan bertanggung jawab secara sosial terhadap dampak inovasi mereka,” tambahnya.
38 Kelompok Mahasiswa Hadirkan Solusi Berbasis IoT dan Kesehatan
Menurut Adharul Muttaqin, S.T., M.T., selaku Koordinator CDP Teknik Elektro, kegiatan ini memberi ruang bagi mahasiswa untuk menjalankan proses engineering design secara utuh—mulai dari menemukan masalah, merancang solusi, hingga menguji efektivitasnya.
“Tahun ini ada 38 kelompok dengan topik yang sangat beragam, seperti manajemen energi, pengelolaan air, dan sistem berbasis IoT,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa CDP kali ini berbeda dari tahun sebelumnya karena menggunakan pendekatan open problem. Mahasiswa tidak langsung diberi topik tertentu, melainkan diminta menganalisis permasalahan nyata di lapangan dan menawarkan lebih dari satu alternatif solusi sebelum menentukan pilihan terbaik.
Pendekatan ini, lanjutnya, mendorong kreativitas dan daya analisis mahasiswa. “Kami ingin mereka berpikir kritis dan mandiri seperti insinyur profesional di dunia industri,” kata Adharul.
Fasilitas dan Dukungan dari Departemen Teknik Elektro
Ketua Departemen Teknik Elektro UB, Dr. Muhammad Aziz Muslim, S.T., M.T., Ph.D., menyebutkan bahwa pihaknya menyediakan beragam fasilitas untuk menunjang keberhasilan CDP, seperti studio Capstone Design Project di Gedung B, instrumen pengukuran, ruang diskusi, dan dosen pembimbing untuk setiap kelompok.
“CDP ini merupakan kulminasi pengetahuan mahasiswa. Kami memberikan permasalahan nyata agar mereka terbiasa menghadapi situasi yang akan ditemui di masyarakat,” jelasnya.
Tahun ini, lanjutnya, terdapat 38 kelompok peserta yang menampilkan hasil proyek teknologi solutif. Beberapa proyek bahkan menarik perhatian pihak industri untuk dikembangkan lebih lanjut. “Kami juga menyiapkan dana stimulus bagi mahasiswa agar semakin bersemangat berkarya,” ujarnya.
Inovasi Unggulan: Dari Kesehatan hingga Energi Cerdas
Beberapa karya mahasiswa menonjol dalam pameran kali ini. Salah satunya datang dari kelompok Melanoma Detector yang diwakili oleh Yogi Tri Widodo. Ia menjelaskan bahwa alat mereka mampu mendeteksi penyakit melanoma akibat paparan sinar UV berlebih.
“Penyakit ini sering sulit dibedakan dengan tahi lalat biasa. Alat kami menggunakan teknologi machine learning untuk menganalisis gambar kulit dan membedakan antara tahi lalat dan indikasi melanoma,” terang Yogi.
Dari bidang kesehatan pula, kelompok Aselen yang dipimpin Raihan Herwildhan menampilkan alat pemantau dan terapi pasien asma berbasis IoT. Alat ini menggabungkan sensor denyut nadi, kadar CO₂, dan gyroscope untuk mengatur posisi inhaler secara optimal.
Sementara itu, kelompok Skinetics yang diketuai Achmad Zain Nur Rahman mengembangkan alat pendeteksi dini penyakit kulit impetigo, penyakit yang umum menyerang anak-anak. Dengan teknologi artificial intelligence, alat ini dapat mengenali tanda-tanda awal infeksi dari citra kulit yang diambil kamera.
Dari bidang energi, kelompok Omega yang diwakili Muhammad Adam Aqilla Haikal menampilkan sistem Observasi dan Monitoring Energi Listrik serta Kondisi Panel Terintegrasi IoT. Prototipe ini mampu mendeteksi suhu, kelembaban, hingga pergerakan di dalam panel listrik untuk mencegah kerusakan atau kebakaran.
Adapun kelompok Grading Otomatis Buah Stroberi yang dipimpin Anthony Hilman menghadirkan solusi pascapanen pertanian berupa alat penyortir buah berdasarkan warna dan tekstur, sehingga dapat mengurangi risiko pembusukan dini.
Mendorong Lulusan Siap Industri
Melalui kegiatan ini, Fakultas Teknik UB menegaskan komitmennya dalam mencetak lulusan yang menguasai teori dan juga siap berinovasi dan beradaptasi di dunia industri.
“Pameran Capstone Design Project bukan sekadar ujian akademik, tetapi ajang pembuktian kemampuan mahasiswa dalam mengonversi pengetahuan menjadi solusi nyata bagi masyarakat,” tutup Prof. Hadi Suyono.
Dengan semangat kolaboratif dan kreativitas tinggi, pameran ini menjadi bukti bahwa mahasiswa Teknik Elektro UB siap berkontribusi nyata dalam menghadirkan inovasi teknologi untuk kehidupan yang lebih baik. (nid/dht)










