Kanal24, Malang – Kasus bullying di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, terdapat 2.355 kasus pelanggaran perlindungan anak, dengan 87 di antaranya merupakan tindak bullying. Siswa penyandang disabilitas (siswa istimewa) sangat rentan terhadap perilaku ini, sehingga membutuhkan perhatian khusus.
Merespons situasi tersebut, Tim Dosen Departemen Psikologi Universitas Brawijaya (UB), yang terdiri dari Yuliezar Perwira Dara, Ulifa Rahma, dan Sukma Nurmala, bersama tim mahasiswa, mengadakan psikoedukasi bagi guru, shadow teacher, dan orang tua siswa istimewa. Kegiatan ini bertema “Pencegahan Bullying pada Siswa Istimewa” dan dilaksanakan di SDN Inklusi Sumbersari 2 Malang (12/6/2024).
Dalam keterangan tertulis yang diterima Kanal24 (15/6/2024) Endang Sulistiyawati, S.Pd., Kepala SDN Sumbersari 2 Malang, menyambut baik inisiatif ini. “Agenda ini sangat penting bagi kami sebagai penyelenggara pendidikan di sekolah inklusi, dalam mempersiapkan dan mendampingi murid-murid kami. Di sekolah terdapat lebih dari 10 siswa istimewa dengan berbagai karakteristik uniknya. Kerja sama dengan orang tua, termasuk penyediaan shadow teacher, sangat diperlukan. Sharing dengan akademisi, seperti dosen psikologi UB, sangat bermanfaat bagi kami,” ujarnya.
Yuliezar Perwira Dara, S.Psi., M.Psi., Psikolog, menjelaskan perkembangan fenomena bullying pada siswa disabilitas serta pentingnya peran orang dewasa dalam menumbuhkan karakter tangguh pada anak. “Masyarakat sering kali belum memahami perbedaan antara kekerasan dan bullying. Psikoedukasi ini bertujuan agar orang tua dan guru dapat mengenali perbedaannya serta ciri-ciri siswa yang rentan menjadi pelaku atau korban bullying.”
Saat memberi materi “Capacity Building: Orang Tua dan Guru Berjejaring Busting Bullying,” Yuliezer memfokuskan pada langkah-langkah yang bisa dilakukan orang dewasa untuk membantu siswa istimewa memiliki karakter kuat, mampu berkomunikasi asertif, dan empatik dengan teman sebaya.
Pada kesempatan yang sama Ulifa Rahma, S. Psi, M. Psi, Psikolog. menambahkan pentingnya sinergi antara guru dan sekolah dalam melindungi anak dari bahaya bullying. “Sinergi antara guru dan sekolah sangat penting mengingat dampak bullying yang bisa berlanjut hingga jenjang sekolah berikutnya,” ungkapnya.
Kegiatan psikoedukasi ini diukur melalui pre-test dan post-test untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta mengenai materi pencegahan dan penanganan bullying. Hasilnya menunjukkan peningkatan pemahaman yang signifikan di antara orang tua dan guru, serta adanya perencanaan yang lebih matang dalam mencegah bullying di lingkungan siswa istimewa.
Pemaparan materi oleh kedua dosen Departemen Psikologi tersebut disambut positif oleh orang tua/wali murid dan guru sekolah. Antusiasme peserta terlihat dalam sesi tanya jawab dan diskusi yang interaktif dan produktif. Beberapa peserta mengajukan pertanyaan lebih lanjut terkait materi yang sudah diberikan, menambah dinamika diskusi dua arah yang konstruktif.
Dengan terlaksananya psikoedukasi ini, diharapkan orang tua/wali murid dan guru SDN Sumbersari 2 dapat menjadi contoh bagi sekolah atau orang tua lain dalam memberikan perhatian pada isu bullying di lingkungan siswa istimewa, menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi anak-anak. (din)