KANAL24, Banyuwangi – Tim Dosen Hubungan Internasional dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang, mengadakan workshop “Peningkatan Kualitas Hidup sebagai Upaya Pencegahan Hipertensi dan Diabetes” di Desa Sumbersari, Krajan Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi. Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus melalui edukasi berbasis bukti dan data terkini, serta panduan pencegahannya.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2023, prevalensi hipertensi di wilayah ini mencapai 27% dari total populasi dewasa, meningkat dari 25% pada tahun sebelumnya. Selain itu, prevalensi Diabetes Melitus juga mengalami peningkatan menjadi 12%, dari sebelumnya 10%. Peningkatan ini menandakan urgensi untuk tindakan preventif yang lebih efektif dalam masyarakat.
Desa Sumbersari, terletak di Krajan Kecamatan Srono, dikenal sebagai salah satu desa migran karena penduduknya bekerja di luar negeri, baik secara legal maupun ilegal. Mayoritas dari 2500 penduduk berprofesi sebagai petani, buruh tani, dan pekerja migran. Kabupaten banyuwangi juga dikenal sebagai pengirim buruh migran terbesar di Jatim. Hal inilah yang menjadi alasan bagi Tim Dosen HI UB turun ke Desa Sumbersari.
Workshop ini dipandu oleh Henny Rosalinda, Ph.D., Ketua Tim Dosen, yang menyampaikan bahwa hipertensi dan diabetes melitus adalah dua Penyakit Tidak Menular (PTM) paling banyak diderita oleh masyarakat.
“Penyebab umum dari PTM bukanlah ditimbulkan oleh virus, bakteri, atau kuman. Penyakit ini lebih disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat, seperti kurang olahraga, pola makan yang salah, tidak cukup tidur, serta kebiasaan lain seperti merokok dan mudah stres,” kata Henny.
Dalam sesi ini, peserta juga diperkenalkan dengan strategi pencegahan melalui pola hidup sehat, seperti pola makan yang sehat, banyak berolahraga dan pemeriksaan kesehatan rutin.
Henny menambahkan bahwa keluarga perempuan migran merupakan salah satu kelompok yang sudah sepatutnya mendapat perhatian lebih, khususnya terkait kesejahteraan keluarga yang ditinggalkan. “Keluarga perempuan migran secara tidak langsung telah mengalami ketimpangan fungsi di dalam keluarga akibat kekosongan sosok ibu dalam keluarga,” ungkapnya.
Menurutnya, saat perempuan memilih untuk bekerja sebagai pekerja migran di luar negeri, segala hal yang menyangkut urusan keluarga yang ditinggalkan sangat bergantung pada anggota keluarga yang ada di Indonesia, terutama anggota keluarga perempuan seperti ibu dan saudara perempuan.
Berdasarkan data Menteri Kesehatan RI, seorang ibu memiliki lebih banyak peran dalam peningkatan kesehatan anggota keluarganya. Hal ini dikarenakan masih kentalnya budaya tradisional di Indonesia yang menempatkan ibu bertanggung jawab pada pemenuhan kebutuhan di dalam rumah tangga, yaitu ekonomi keluarga, konsumsi, pendidikan dan kesehatan. “Sehingga, kekosongan sosok ibu sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pola hidup dan kesehatan pada sebuah keluarga,” tambahnya. Ia menyatakan penting bagi keluarga perempuan migran untuk memahami pola hidup yang sehat, sehingga keluarga dapat memahami upaya pencegahan penyakit-penyakit, khususnya penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes melitus.
Workshop ini dihadiri oleh 30 peserta yang merupakan anggota keluarga migran, termasuk migran purna, ibu migran, dan anak migran. Partisipasi aktif dari para peserta menunjukkan antusiasme dan kesadaran yang meningkat terhadap pentingnya kesehatan. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan, peserta dinilai mampu memahami konsep dasar PTM, mengenali gejala hipertensi dan diabetes, serta menyadari dampak dan risiko dari penyakit-penyakit tersebut.
Dalam kegiatan ini juga dibagikan alat tes hipertensi dan gula darah secara cuma-cuma kepada ibu-ibu di lingkungan tersebut. Alat ini diharapkan dapat membantu mereka dalam melakukan diagnosis dini dan memantau kondisi kesehatan secara rutin.(sdk)