KANAL24, Jakarta – China dan Amerika Serikat adalah dua negara yang menjadi mitra dagang terpenting Indonesia saat ini. Kedua negara adikuasa tersebut menjadi negara tujuan ekspor maupun total perdagangan yang terbesar saat ini.
Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi mengatakan sepanjang Januari – Oktober 2021, secara keseluruhan nilai ekspor Indonesia mencapai USD186,31 miliar. Dari jumlah tersebut, nilai ekspor ke China mencapai USD42,60 miliar. “Itu berarti adalah 22,87% dari total nilai ekspor kita,” kata Luthfi dalam acara Mirae Asset Market Outlook 2022 secara virtual, Jumat (10/12/2021).
Sementara peringkat kedua ditempati AS yang menjadi tujuan ekspor Indonesia sebesar USD20,59 miliar. “Jumlah tersebut mencapai 11,05% dari market share ekspor Indonesia,” ujar Luthfi.
Total perdagangan Indonesia sepanjang Januari – Oktober 2021 mencapai USD341,82 miliar. Dari jumlah tersebut, perdagangan Indonesia dengan China tercatat sebesar USD86,70 miliar. “Karena Indonesia masih impor dari China sebesar USD44,10, jadi trade balance kita dengan China masih desifit USD1,50 miliar,” tutur Luthfi.
Sebaliknya dengan AS, Indonesia hanya melalukan impor sebesar USD9,07 miliar. Total perdagangan Indonesia dengan AS mencapai USD29,66 miliar. Dengan demikian trade balance Indonesia dengan AS surplus USD11,52 miliar.
Sepanjang Januari – Oktober 2021, ekspor non migas Indonesia mencapai USD176,47 miliar. Kontribusi terbesar masih batubara USD25,46 miliar, minyak nabati (CPO) sebesar USD27,31 miliar dan besi baja senilai USD16,62 miliar. Pertumbuhan nilai ekspor 3 komoditi batubara, CPO dan besi baja secara tahunan Januari – Oktober 2021 masing – masing adalah 81,55%, lalu 73,42% dan terakhir 98,39%.
“Pelan – pelan kita tidak hanya menjadi negara yang hanya mengandalkan ekspor bahan mentah. Tetapi juga menjadi negara yang mampu memperkuat ekspor produk industri manufaktur termasuk yang berteknologi tinggi,” tutup Luthfi.(sdk)