Kumpulan Puisi Nanang Suryadi
Aku Tahu Engkau Demikian Pencemburu
aku tahu engkau demikian pencemburu, dan cinta itu, selalu saja untukmu. kutahu, karena engkau begitu pencemburu
karena cintaku padamu adalah sebuah kutuk, maka aku tak pernah berhenti mengetuk, pintumu
setetes airmata, setitik luka, jarak yang direntang. tiktak jam, menitik letak. dimana engkau sembunyi? tak kutahu
menembus malam, menembus batas kabut yang menyelimut, cinta tak akan berhenti menyeru, dirimu
di setiap waktu engkau tetap terjaga, menjaga cinta tetap menyala
Malang, 2011
di sunyi itu ada yang memintamu membaca
malam kuyup dengan cahaya bulan, dan gundah ini? kuyup dengan cahaya matamu
apa yang digelisahkan dari ketiadaan? tiada. hanya kesunyian tak berbatas tepi. sepi. teramat sepi
di sunyi itu. ada yang memintamu membaca. bacalah! bacalah! dan engkau akan mengerti: Diri
Malang, 16 Agustus 2011
ADA YANG RIUH GEMURUH DI NEGERI JAUH, DAN AKU TINGGAL KELUH
aku mengeluh, sedang di negeri jauh ada yang lebih aduh, nyerinya
aku belajar untuk bersabar, tapi sungguh, tak semudah apa yang terujar
aku terlalu bersenda, sedang senja tak pernah lupa menyapa: “kelak kita kan tiada”
beri aku rasa cukup, untuk selalu berterima kasih, atas segala pemberian
jika aku ilalang, akulah ilalang yang rebah, berserah sepenuh resah
ada keluhku, ada juga gemuruh aduh, kembali juga padamu segala gaduh. sebagai doa, tersampai di sunyi terlabuh
Nanang Suryadi, seniman puisi Indonesia yang telah berkarya dengan ratusan karya puisi. Selain itu Nanang juga akademisi FEB UB Malang