KANAL24, Malang – Dibuka oleh sekjen MK, M. Guntur Hamzah hari ini Jumat (4/10/2019) di studio UB TV, Constitutional Law Festival (CLFest) 2019 resmi dimulai. Festival yang diselenggarakan oleh FKPH (Forum Kajian dan Penelitian Hukum) FH UB bekerja sama dengan MK ini, merupakan festival tahunan bergengsi yang tahun ini adalah tahun ke tujuh festival tersebut digelar.
CLFest dimulai hari ini 4-6/10/29 dan diikuti oleh 90 delegasi dari 11 universitas ternama di Indonesia dan tahun ini juga ada kompetisi baru khusus untuk siswa SMA seluruh Indonesia. Adapun perlombaanya adalah KAI (Kompetisi Artikel Ilmiah), KPUU (Kompetisi perancang UU), dan kompetisi khusus SMA BOB (Battle of Brains) yang diikuti oleh 5 SMA di Indonesia.
Sterring Committee (SC) CLFest 2019, Aura Istanti mengungkapkan bahwa peserta akan memperebutkan beberapa piala sesuai dengan kompetisi yang diikuti.
“Peserta akan memperebutkan piala juara umum dari MK, piala bergilir dekan untuk BOB, piala bergilir KPUU yakni piala Prof. Achmad sodiki, dan piala bergilir KAI yakni piala Prof. Abdul Mukhtie Fajar. Peserta kategori mahasiswa berasal dari UI, UNPAD, UII, UNDIP, UNS, UGM, UIN, UnTirta, UNEJ, dan UB. Sedangkan, kategori SMA berasal dari SMAN Islam Malang, SMA 1 Bangil, Santa Maria Malang, SMA 1 Pasuruan, dan SMA 2 Pare,” terang Aura.
Ditemui seusai pembukaan, Guntur menekankan pentingnya pembangunan hukum untuk memacu pembangunan di bidang-bidang lain dan hendaknya hukum dijadikan faktor determinan pembangunan nasional.
“Dengan pembangunan hukum yang baik, maka tentu akan menstimulus pembangunan nasional. Kemudian, di era revolusi industri 4.0 ini, kita harus beradaptasi dan bersahabat dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi karena hukum itu related. Hukum berhubungan erat dengan teknologi,” tutur Guntur.
Lebih lanjut, Guntur berpesan kedepan untuk tetap menyelenggarakan CLFest ini karena sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan kemampuan akademik dan praktis dibidang hukum maupun dibidang lain.
Sedangkan, Aura berpesan mewakili panitia bahwa festival ini digelas untuk mengakomodir mahasiswa FH seluruh Indonesia untuk terus berkarya khususnya dalam bidang kepenulisan.
“Sejatinya meskipun kita pandai berbicara tapi kalau tidak pandai menulis, kita akan hilang di peradaban. Kita bekerja sama dengan MK, harapannya selain menumbuhkan rasa kepekaan terhadap isu-isu, juga bisa mengimplementasi hasil-hasil karyanya,”pungkas mahasiswa FH itu.(meg)