Kanal24, Malang – Dunia fashion muslim di Indonesia terus berkembang pesat, dengan banyak desainer yang menghadirkan inovasi dalam desain dan material. Salah satu desainer yang aktif dalam mengangkat budaya lokal ke kancah internasional adalah Yeti Topiah, yang berbasis di Malang. Dalam wawancara eksklusif dengan Kanal24 pada Rabu (19/03/2025), Yeti berbagi kisahnya dalam membangun bisnis fashion muslim serta perjalanannya membawa wastra Nusantara ke panggung dunia.
Sejak kembali aktif sebagai desainer pada 2014, Yeti memantapkan konsep desainnya dengan fokus pada busana new basic layering. Gaya ini memungkinkan pemakainya untuk menciptakan berbagai tampilan dari satu set pakaian yang terdiri dari beberapa potongan. “Saya ingin menciptakan pakaian yang fleksibel, bisa dipakai dalam berbagai kesempatan, dan tentunya tetap nyaman,” katanya.
Baca juga:
Malang Fashion Fest 2025 Eclectic Resmi Dibuka

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya mengenalkan busana muslim berbahan wastra ke pasar internasional. Saat mengikuti fashion show di luar negeri, Yeti selalu membawa koleksi berbahan batik, tenun, atau ecoprint yang dikombinasikan dengan desain modern.
“Saat tampil di Paris tahun lalu, saya membawa koleksi berbahan wastra dengan gaya fashion muslim yang lebih global. Ini untuk menunjukkan bahwa wastra bisa diterapkan dalam berbagai model pakaian, termasuk busana muslim yang stylish dan modern,” ungkapnya.
Menembus Pasar Internasional
Bukan hanya sekadar fashion show, Yeti juga aktif dalam program pengembangan ekspor. Saat ini, ia tengah mengikuti kurasi agar koleksi busananya bisa masuk ke pasar luar negeri secara lebih luas. Menurutnya, permintaan terhadap busana muslim berkualitas di pasar internasional cukup besar, terutama di negara-negara dengan komunitas muslim yang berkembang.
Meski demikian, persaingan di industri ini cukup ketat, terutama dengan maraknya produk busana muslim di platform e-commerce dengan harga murah. “Banyak busana muslim yang dijual dengan harga tidak masuk akal. Padahal, harga menentukan kualitas bahan dan jahitan. Kami lebih memilih pasar middle up, yang mengutamakan kualitas dibanding harga murah,” ujarnya.
Untuk itu, ia memilih sistem by order agar pakaian yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan keinginan pelanggan. “Saya lebih suka membuat pakaian sesuai pesanan karena ukurannya bisa lebih pas dan pelanggan mendapatkan desain yang eksklusif,” tambahnya.
Menggaungkan Indonesia sebagai Kiblat Fashion Muslim
Sebagai desainer muslimah, Yeti memiliki visi besar agar Indonesia semakin diakui sebagai pusat fashion muslim dunia. Dengan keberagaman desain dan keunikan material lokal, ia optimistis industri fashion muslim tanah air bisa bersaing secara global.
Baca juga:
Puma Speedcat, Sepatu Ikon Balap dan Fashion Penuh Gaya

“Di luar negeri, busana muslim masih terbatas pada gaya tertentu. Sementara di Indonesia, kita punya banyak variasi yang lebih dinamis dan fashionable,” jelasnya.
Ia berharap pemerintah dan pelaku industri semakin gencar dalam mempromosikan fashion muslim Indonesia agar lebih dikenal di pasar global. “Kita punya potensi besar. Jika didukung dengan strategi yang tepat, tidak mustahil Indonesia bisa menjadi kiblat fashion muslim dunia,” pungkasnya. (nid/bel)