KANAL24, Batu – Pesona bunga anggrek menarik perhatian Dharma Wanita Persatuan Universitas Brawijaya (DWP UB) dengan menggelar Pelatihan Budidaya Anggrek di DD Orchid, Sabtu (20/3). Pelatihan dilaksanakan secara luring dan daring dengan tetap mematuhi protokol kesehatan covid-19.
Ketua DWP UB, Sri Winarsih Nuhfil Hanani mengatakan pelatihan ini merupakan salah satu program bidang pendidikan Dharma Wanita Persatuan Universitas Brawijaya yang secara rutin tiap tahun dilakukan.
“Di era pandemi ini, kita memang memilih pelatihan anggrek atau yang ada kaitannya dengan tanaman. Karena, saat pelaksanaan protokol kesehatan stay at home, rupanya banyak Bapak-bapak dan Ibu-ibu getol merawat tanamannya,” terang Sri Winarsih.

Ia melanjutkan, pemilihan lokasi di DD Orchid karena sang pemilik, Dedek merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UB dan orang sangat inspiratif.
“Meski bukan orang pertanian, tapi berangkat dari hobi membudidaya anggrek, alhasil bisa menjadi besar seperti saat ini. Beliau ini secara rutin menyilangkan anggrek, kemudian hasil persilangannya didaftarkan ke Royal Horticultural Science di Inggris. Ada ratusan yang sudah didaftarkan, salah satunya dendrobium Brawijaya University dan dendrobium Prof. Nuhfil Hanani,” imbuhnya.
Sementara itu, Dedek sang empunya DD Orchid memberikan materi seputar budidaya anggrek kepada para ibu-ibu DWP UB yang terlihat begitu antusias menyimak materi yang disampaikan.
Dedek menjelaskan anggrek secara umum dibagi menjadi dua tipe berdasarkan jenis batang pohonnya, yakni tipe monopodial dan sympodial. Tipe sympodial batangnya lebih dari satu, sedangkan monopodial batang pohonnya hanya satu seperti anggrek panda dan anggrek bulan.
Kemudian, berdasarkan habitatnya, anggrek dibagi menjadi 2 tipe, yaitu terestrial dan epifit . Terestrial habitatnya di tanah atau disebut anggrek tanah, sedangkan epifit adalah anggrek yang menempel di pohon.
Selain menjelaskan tipe-tipe anggrek, Dedek juga menjelaskan beberapa faktor yang harus diperhatikan agar anggrek dapat tumbuh dan hidup subur. Faktor-fektor tersebut yakni agroclimate yang meliputi suhu, kelembabapan, sirkulasi cahaya, dan ketinggian tempat.
“Ada anggrek yang suka dengan kelembabapan tinggi, sedang atau rendah. Ada juga yang suka hidup di dataran tinggi, sedang ataupun rendah. Yang jelas, jika ingin mendapatkan anggrek yang tumbuh bagus dan subur, harus disesuaikan lingkungannya seperti apa. Apabila tidak sesuai dengan agroclimatenya, maka bisa diatasi dengan pembuatan green house agar habitatnya sesusai dengan yang di alamnya,” jelas Dedek.
Usai mendapat materi tentang budidaya anggrek, anggota DWP UB langsung mempraktekkan cara persilangan anggrek dan aklimatisasi anggrek. Lalu, dilanjutkan dengan kunjungan ke laboratorium dan kebun anggrek. (Meg)