KANAL24, Malang – Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc.,Ph.D mengapresiasi gedung baru dan laboratorium industri kreatif Vokasi UB. Pada peresmian gedung tersebut hari ini, Rabu (2/2/2022) Wikan mengatakan gedung tersebut sudah sesuai dengan visi pendidikan vokasi.
“Gedung ini mencerminkan bahwa intitusi baru ini tidak meneruskan sesuatu yang biasa tetapi membiasakan kita untuk terus mendeteksi masa depan atau terus mendeteksi perubahan yang kemudian kita terjemahkan dalam kurikulum dan pembelajaran. Itu sudah sangat kita apresiasi daripada meneruskan cara-cara yang sifatnya sudah ada,” tambahnya.
Wikan berharap semoga fasilitas baru dan institusi yang diresmikan pada hari ini akan menjadi suatu kekuatan besar bagi Indonesia masa depan di dalam melahirkan sumber daya manusia, calon pemimpin bangsa masa depan, calon entreprenurs hebat bangsa kita masa depan, dan calon problem solver dan innovator.
Ia mengatakan jika Vokasi tidak bisa jalan sendiri dan harus berkolaborasi dengan prodi S1, S2, dan S3 dimana prodi tersebut merencanakan yang sifatnya unlitical sedangkan Vokasi yang menertejemahkan ke dalam teknologi yang bisa diterapkan.
“Dari sini sudah terlihat juga gedung ini akan menjadi teaching factory beserta pusat project based learning. Jadi pembelajaran Vokasi yang tidak sekedar hanya sebagai teknisi atau menciptakan tukang tetapi lebih menciptakan problem solver, calon pemimpin, calon innovator yang bisa nukang. Calon innovator, problem solver,calon entrepreneurs yang bisa melakukan pekerjaan teknis menerjemahkan ide menjadi kenyataan dan berpikirnya tidak sebagai tukang tetapi sampai ke delivery, ke pasar, ke masyarakat atau ke industri,” ujar Wikan, Rabu (2/2/2022).
Wikan mengatakan yang akan menjadi kemanfaatan mutlak dan membuat ekonomi bangsa ini naik itu bukan gedungnya tetapi manusianya dan networkingnya. Ia mengartikan aspek manusia ini yang nanti diharapkan terus kolaborasi. “Manusia tidak hanya sebagai pengajar atau peneliti tetapi ada platform yang lebih ke subtansi yaitu kurikulum yang terpadu dengan projek based learning dan teaching factory. Kurikulum yang tidak lagi membuat sekat-sekat mata kuliah itu seperti kamar-kamar kerajaan sendiri yang tidak terkonteks dan tidak terhubung dengan mata kuliah yang lain,” ujarnya.
Menurutnya di kampus ini dapat disediakan sebuah ruangan yang di dalamnya ada alat dan semuanya diserahkan pada mahasiswa sebagai sebuah industri atau teaching factory. Dengan begitu ada anak yang akan focus sebagai tukang ngelas, ada yang menjadi CEO, manajer, marketing, selling, dan lainnya. Teaching factory seperti ini yang menurut Wikan akan mendapatkan pesanaan riil dari factory dan dari masyarakat atau bisa memproduksi sesuatu yang akan dijual bisa produk medical devices, produk fintech produk games, dan lain-lain.(sdk)