Kanal24, Malang – Sebuah inovasi menarik dalam dunia peternakan unggas berhasil dikembangkan oleh Suluh Nusantoro melalui disertasi doktoralnya yang berjudul Efikasi Telur Keong Mas (Pomacea canaliculata) sebagai Suplemen Pakan terhadap Penampilan Produksi dan Kualitas Telur serta Studi untuk Nutrigenomik pada Ayam Ras Petelur. Ujian terbuka Program Doktor Ilmu Ternak dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (FAPET UB) tersebut digelar pada Selasa (17/06/2025) di Universitas Brawijaya, Malang.
Penelitian ini mengangkat potensi dari telur keong mas—yang selama ini dikenal sebagai hama tanaman padi—menjadi bahan bernilai tinggi dalam industri peternakan. Dengan cara diolah menjadi tepung, telur keong mas dijadikan suplemen pakan bagi ayam ras petelur. Hasilnya sangat menggembirakan: kualitas telur ayam meningkat secara signifikan, baik dari segi warna, ukuran, maupun kandungan gizinya.
Baca juga:
Disertasi FAPET UB: Silase Ketela Dorong Produksi Sapi Limosin

Suluh Nusantoro menjelaskan bahwa tepung telur keong mas mampu meningkatkan kandungan astaxanthin dalam kuning telur. Astaxanthin adalah senyawa antioksidan kuat yang tidak hanya memberikan warna kuning kemerahan yang lebih menarik pada kuning telur—warna yang disukai konsumen—tetapi juga memberikan manfaat kesehatan yang lebih besar bagi manusia yang mengonsumsinya.
“Ke depan, karena hasilnya sangat positif, kami akan melakukan tahap scale-up untuk memproduksi suplemen ini secara massal. Ini bertujuan agar bisa digunakan oleh peternak rakyat maupun industri perunggasan secara luas,” ujarnya dalam ujian terbuka.
Ia juga menambahkan bahwa penggunaan suplemen alami ini dapat membantu masyarakat menghasilkan telur premium dengan biaya produksi yang lebih rendah, karena tidak perlu bergantung pada bahan aditif sintetis. Selain itu, produk akhir yang dihasilkan jauh lebih sehat untuk dikonsumsi masyarakat umum.
Proses hilirisasi hasil penelitian ini pun telah dimulai. Beberapa peternak di sekitar lokasi penelitian telah menerima edukasi dan uji coba awal mengenai pemanfaatan telur keong mas sebagai bahan suplemen pakan ayam. Responsnya sangat positif, terutama karena biaya produksi yang lebih murah dan kualitas telur yang lebih baik.
Dukungan Promotor dan Potensi Industri
Promotor utama, Prof. Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc., IPU., ASEAN Eng., menyatakan bahwa penelitian ini memiliki dampak ilmiah dan praktis yang luar biasa. Ia menyoroti keberhasilan penelitian dalam meningkatkan ekspresi genetik terkait kualitas telur, serta keberhasilan dalam menghasilkan telur dengan kuning yang lebih besar, lebih berat, dan berwarna lebih merah dibandingkan telur biasa.
“Penelitian ini bukan hanya berdampak pada nutrigenomik, tetapi juga berkontribusi pada ekonomi peternak lokal dengan menggunakan bahan baku pakan dari sumber lokal,” ujarnya.
Menurut Prof. Osfar, peluang untuk mengembangkan hasil penelitian ini ke skala industri sangat besar. Namun, tantangannya terletak pada ketersediaan telur keong mas dalam jumlah besar secara berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan kajian mendalam mengenai potensi budidaya keong mas agar tidak hanya dianggap sebagai hama, tetapi juga sebagai komoditas bernilai tinggi.
“Ini adalah bentuk eksplorasi bahan lokal yang sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan pakan. Dengan inovasi ini, kita bisa menyediakan sumber protein pakan yang sehat, efisien, dan ramah lingkungan,” tambahnya.

Baca juga:
Difersifikasi Protein jadi Fokus Fapet UB untuk Program MBG
Menjadikan Hama Jadi Berkah
Salah satu poin menarik dari penelitian ini adalah bagaimana seekor hama yang selama ini merugikan pertanian, justru berbalik menjadi solusi potensial dalam peternakan. Telur keong mas yang awalnya tidak bernilai ekonomis, kini disulap menjadi bahan suplemen pakan yang meningkatkan produktivitas dan kualitas produk unggas.
Penelitian ini tidak hanya memperkuat fondasi ilmu nutrigenomik dalam dunia peternakan, tetapi juga menjadi tonggak baru dalam praktik feed innovation berbasis lokal.
Dengan dukungan akademik yang kuat dan potensi hilirisasi yang menjanjikan, besar harapan bahwa hasil penelitian Suluh Nusantoro ini dapat memberikan manfaat luas bagi peternak, konsumen, dan industri perunggasan Indonesia secara keseluruhan. (nid)