Kanal24, Malang – Industri wisata di Sendangbiru khususnya Clungup Mangrove Consevation (CMC) Tiga Warna menjadi daya tarik utama bagi masyarakat dengan luasnya kawasan hutan mangrove dan garis pantai yang apik. Ada beberapa tekanan yang dihadapi oleh pengelola wisata terutama semenjak terjadinya pandemi intensitas wisatawan mulai berkurang dan sumberdaya alam belum dimanfaatkan secara optimal.
Melihat permasalahan tersebut, Tim Kuliah Kerja Nyata Doktor Mengabdi Clungup Mangrove Consevation (KKN DM CMC) Tiga Warna yang beranggotakan Dr. Ir. Anthon Efani, MP. sebagai Dosen Pembimbing Lapang, Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S. Pi, MT. , Dr. Asfi Manzilati, SE., ME., Suprayogi STP, MP, PhD dan 6 mahasiswa turut membantu memberikan solusi terkait masalah yang dihadapi terutama masalah sumberdaya alam.
Tim KKN DM CMC Sendangbiru (Dok.Tim KKN DM CMC)
Selain memanfaatkan kawasan mangrove di area CMC Tiga Warna, melalui diskusi pengelola CMC Tiga Warna dan Kelompok KKN DM maka kawasan mangrove akan dikembangkan sebagai tempat budidaya untuk memanfaatkan ekosistem secara maksimal atau pelaksanaan program Silvofishery.
“Fokus kami pada KKN kali ini untuk turut mendukung gagasan masyarakat terkait budidaya di kawasan mangrove atau Silvofishery. Serta berpartisipasi aktif dalam program terutama mewujudkan budidaya ikan atau kepiting dengan mendatangkan ahli.” ungkap Dr. Anthon.
Adanya gagasan ini disetujui oleh Saptoyo selaku ketua CMC Tiga Warna dengan mahasiswa yang turut berpartisipasi dalam kegiatan. Kegiatan budidaya di ekosistem mangrove ini menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan ekonomi dan pemanfaatan alam sebagai alternatif bagi masyarakat terutama yang terdampak pandemi.
“Pandemi merupakan pelajaran berharga bagi kami, bahwa jasa wisata sebagai bentuk layanan yang telah kami tawarkan selama ini sebagai upaya ekonomis ternyata tidak bisa selalu bisa kami andalkan sepenuhnya sebagai pemasukan utama dalam kondisi-kondisi sulit seperti pandemi, kami berharap bisa memiliki sumber lain yang bisa menjadi opsi pendukung ekonomi masyarakat dalam bentuk produk yang konkret” jelas Saptoyo.
Dalam program Silvofishery system utamanya adalah budidaya yang dilakukan di ekosistem mangrove di mana mangrove menjadi kunci terjaganya kawasan didukung dengan sumberdaya manusia yang memadai. Adanya program Silvofishery system menjadikan mahasiswa bepartisipasi langsung ke dalam lingkup masyarakat sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat atas Tri Dharma Pergurungan Tinggi.
Penanaman mangrove dilakukan di salah satu kawasan hutan mangrove yang dikelola oleh pengurus CMC Tiga Warna. Penanaman bibit mangrove ini menjadi awal yang baik untuk melaksanakan program budidaya agar tersedia ekosistem yang mumpuni dan mampu menjadi tiang bagi makhluk hidup lain. (Mus)