KANAL24, Malang – Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan berkuku belah termasuk pada sapi dan kambing, terdapat beberapa antisipasi yang dapat dilakukan oleh para peternak.
Hal pertama yang dilakukan yaitu lockdown peternakan. Lockdown ini dilakukan karena penyakit mulut dan kuku sudah terjadi dimana-mana dan penyebarannya yang juga relative sangat cepat. Lockdown peternakan dapat dilakukan peternak dengan cara tidak memasukkan ternaknya ke peternakan untuk sementara waktu.
Selain lockdown peternakan, langkah antisipasi selanjutnya yang sebaiknya dilakukan oleh peternak ialah memisahkan antara ternak sapi dan ternak kambing. Caranya dengan memisahkan bukan hanya ternak sapi, namun juga ternak kambing. Hal ini dilakukan karena ternak kambing dapat menularkan PMK ke sapi, begitupun sebaliknya.
Penularan PMK ini juga bisa diatasi dengan membunuh virus menggunakan disinfectant yang mempunyai PH diatas 9 atau dibawah 6. Hal ini dikarenakan asam-asamnya dapat digunakan untuk membunuh virus. Selain disinfectant, asam-asaman lain yang biasa digunakan yakni klorin atau bayclin.
“Itu bagus untuk membunuh virus, tapi kita tidak bisa membunuh virus ini dengan larutan garam. Ada beberapa bakteri yang mati dengan garam tinggi, 0 diatas 6 persen. Tetapi virus ini tidak,” kata dosen FKH UB Widi Nugroho Ph.D pada Selasa (10/05/2022).
Asam-asaman tersebut juga dapat bertahan lama yaitu hampir sekitar 6 bulan pada PH netral dilarutan garam. Caranya dengan meletakan disinfectant yang telah di siapkan sebelumnya di area pintu kandang.
“Jadi area kandang itu dibuat steril, semua tidak boleh masuk kecuali yang biasa memberikan makan dan minum. Termasuk anak-anak kecil, ibu-ibu, teman dekat, dan apalagi teman bisnis peternak,” ujar Widi.
Antisipasi terakhir yang dapat dilakukan para peternak dan sudah direkomendasikan oleh banyak ahli ialah dengan tidak melakukan lalu lintas ternak.
“Jadi jangan mengeluarkan ternak dari kandang dibawa ke tempat lain itu juga beresiko selama perjalanan, selama transit dan selama sampai disana. Itu beresiko,” pungkas Widi.(sdk)