Kanal24, Malang – Dosen Bidang Pemulian Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Dr. Budi Waluyo, SP., MP. melakukan rekombinasi terhadap tanaman ercis. Ercis adalah tanaman yang kaya akan kandungan gizi terutama selenium dan Zn yang penting bagi ketahanan tubuh dan stunting. Ia mengatakan mengatakan bahwa tanaman ercis atau kacang polong ini menyebar di seluruh wilayah serta menjadi tanaman yang dekat dengan petani walaupun dalam pengembangan yang terbatas.
“Saya sehari-hari berada di wilayah pedesaan dimana masyarakat menanam tanaman, ercis dipertahankan oleh masyarakat, jadi ditanam, dipanen terus ditanam lagi, dan seterusnya. Kemudian, saya bandingkan dengan angka statistik bahwa ercis di Indonesia ternyata mempunyai kecenderungan impor yang selalu meningkat untuk ercis.” Ujar, Budi ketika diwawancarai Kanal24 (02/08/2022).
Artinya, kebutuhan ercis di Indonesia akan selalu meningkat. Budi, menerangkan budidaya tanaman ercis di Indonesia masih belum intensif. Tidak hanya itu, tanaman ercis juga masih belum memiliki bahan genetik yang bervarietas.
Hal itu kemudian dimanfaatkan Dosen Bidang Pemulian Tanaman untuk melakukan penelitian terhadap tanaman ercis melalui rekombinasi-rekombinasi genetik dari bahan-bahan yang sebelumnya telah dia koleksi dan seleksi.
“ Ercis sendiri itu menyebar di seluruh wilayah, di Sumatera, di Jawa, dan di beberapa wilayah lainnya. Hanya saja, saya mengoleksi ercis ini, pertama, dari Pulau Sumatera dari Daerah Berastagi. kemudian, di Pulau Jawa saya mengoleksi ercis yang berasal dari Garut, Semarang, Boyolali, Temanggung, Probolinggo spesifiknya di Daerah Bromo dan di Daerah Batu,” jelas Budi.
Budi menjelaskan keragaman karakter dari plasma ercis atau plasma nutfah ercis ini akan diseleksi ke dalam beberapa seleksi. Pertama, proses menyeleksi tanaman ercis yang memiliki biji besar. Kedua, menyeleksi tanaman ercis yang bisa beradaptasi di dua tempat yaitu, dataran medium dan dataran rendah.
“Ercis ini, dia di Indonesia beradaptasi di dataran tinggi. Nah, untuk meningkatkan produksi maka saya coba untuk menurunkan adaptasinya di dataran sedang dan dataran rendah,” tambahnya.
Ketiga, tanaman ercis akan diseleksi terhadap ketahanan panas. Budi kembali menjelaskan bahwa pada tahapan ketiga ini nantinya akan berhubungan dengan climate change. Artinya, apabila terjadi peningkatan suhu maka nantinya akan memperoleh sumber daya genetik yang bisa dimanfaatkan kembali. Selain itu, Budi melakukan seleksi terhadap tanaman ercis yang tahan dengan embun tepung.
Budi mengatakan bahwa proses penelitian terhadap tanaman ercis ini memakan waktu yang cukup lama.
“Sekali proses pemuliaan tanaman secara teori memerlukan sekitar 4 sampai 5 tahun. Nah, tapi dari sejak pengumpulan plasma nutfah sampai sekarang berarti saya sudah 15 tahun, hanya mengumpulkan kemudian menyeleksi, baru tahun ini saya akan melakukan rekombinasi-rekombinasi dari berbagai kombinasi,” ungkapnya.
Selain itu, ketika ditanyai mengenai kendala yang dialami selama penelitian, Budi mengatakan bahwa kendala utama di Institusi adalah kendala lahan penelitian. “ Ada lahannya, tetapi adanya keterbatasan itu dari satuan luas lahan yang dipergunakan,” tambahnya.
Dia juga menambahkan lahan penelitian ini pun berpindah-pindah bergantung dengan ketersediaan. Saat ini dia sedang mengusahakan untuk menarik penelitian ke lingkungan kampus ke kebun percobaan di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Projek ini pun melibatkan beberapa mahasiswa dan dosen.
“Ada bimbingan saya yang lolos pendanaan pembuatan daging analog,yaitu membuat daging dari tanaman yang berbahan baku ercis. Nah, seperti itu, nanti analog dagingnya itu untuk sementara dianalogikan sebagai daging sapi,” ujar Budi
Tidak hanya mahasiswa bimbingannya. Budi juga bercerita bahwa kenalannya seorang mahasiswa S3 dari Universiti Putra Malaysia (UPM) pun sedang menggunakan bahan tanaman ercis koleksinya.
Menurut Budi, tanaman ercis adalah tanaman yang mudah untuk dibudidayakan. Pada umumnya proses penanamannya pun sama, diberi pupuk, lanjaran, dan di panen. Dia juga berharap Universitas Brawijaya dapat menjadi wadah proses pengembangan tanaman ercis di Indonesia.
“Harapannya, pertama ercis bisa menjadi salah satu tanaman ciri khas yang dikembangkan oleh Universitas Brawijaya. Kedua, ercis yang ditanam petani pada akhirnya adalah diharapkan salah satunya berasal dari hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Universitas Brawijaya. Dan ketiga, nanti industrinya yang dikembangkan itu juga industri yang berasal dari penelitian Universitas Brawijaya,” tutupnya. (agt)