KANAL24, Pontianak – Sungai Kapuas di Pontianak, Kalimantan Barat, merupakan kawasan padat penduduk serta menjadi sarana transportasi penghubung antar daerah menggunakan kapal. Asap dari kapal dan cipratan bahan bakar serta minyak pelumas kapal tersebut secara langsung maupun tidak, akan masuk ke sungai. Selain itu banyaknya masyarakat yang mendirikan rumah di tepi sungai, menyebabkan pembuangan limbah rumah tangga langsung masuk ke anak sungai atau parit yang menuju ke sungai tersebut.
Banyaknya sumber limbah yang dapat mengotori sungai menyebabkan kerang remis (dalam bahasa lokal) atau Corbicula largillierti yang ada di sungai tersebut, berpotensi mengakumulasi bahan pencemar seperti logam berat dan bakteri Coliform, sehingga kerang tidak aman dikonsumsi manusia.
Hal inilah yang menjadi perhatian dosen-dosen dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) untuk melakukan pengabdian tentang tips agar kerang aman untuk disantap.
Dosen-dosen tersebut adalah Andi Kurniawan, S.Pi, M.Eng, D.Sc ; Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS dan Widya Rahayu, S.Pi. Ketiganya memberikan ide teknik yang dapat membantu kerang jenis tersebut aman dikonsumsi, yaitu dengan menggunakan metode perendaman melalui mahasiswa mereka di Kelurahan Sungai Beliung, kecamatan Pontianak Barat, (29/3/2021) lalu.
Metode Perendaman yang disarankan menggunakan penyinaran cahaya lampu Ultra Violet 35 watt untuk wadah dengan volume 45 liter dan ditambah asam sitrat 14 mgr tiap liter air. Kemudian, kecepatan air mengalir cukup pelan yaitu 0,005 Liter per detik. Waktu perendaman terbaik adalah selama 6 jam.
“Lampu tersebut di pasang di atas bak perendaman dan air didalam bak yang akan digunakan untuk merendam kerang diusahakan dapat mengalir secara terus menerus selama 6 jam dengan kecepatan 0,005 Liter per detik. Kerang dalam kondisi hidup dimasukan dalam bak dan dibiarkan terendam selama 6 jam untuk memberi kesempatan pada kerang tersebut mengeluarkan sisa-sisa kotoran dan bahan pencemar yang ada di dalam tubuhnya. Waktu 6 jam ini memberikan hasil yang maksimal, yaitu kadar logam berat pada kerang dapat menurun sampai sebesar 84 persen dan bakteri Coliform bahkan menurun sampai 99 persen. Setelah perendaman selama 6 jam kerang siap diolah dan aman dikonsumsi,” jelas Diana.
Ia dan timnya berharap, setelah mendapat materi pengabdian ini, masyarakat mengetahui dan memanfaatkan teknologi perendaman ini sehingga kerang yang akan dikonsumsi cukup aman bagi tubuh manusia. (Meg)