Kanal24, Malang – Di tengah persaingan ketat dalam perolehan hibah riset nasional, kualitas dan ketelitian dalam penulisan proposal menjadi faktor penentu keberhasilan. Menyadari urgensi tersebut, Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya (DRPM UB) menggelar Workshop Penulisan Proposal Penelitian Kompetitif Bidang Saintek pada Jumat (17/10/2025). Kegiatan ini menghadirkan para pakar riset UB yang telah berpengalaman mendapatkan pendanaan nasional dan internasional, yakni Prof. Sugiono, ST., MT., Ph.D., Prof. Akhmad Sabarudin, S.Si., M.Sc., Dr.Sc., Prof. apt. I Ketut Adnyana, M.Si., dan Prof. Dr. Sc. Asep Awaludin Prihanto, S.Pi., M.P.
Workshop ini diinisiasi sebagai langkah strategis UB untuk meningkatkan daya saing proposal riset saintek di level nasional, sekaligus menekan angka kegagalan administrasi yang selama ini menjadi kendala utama peneliti.

Menekan Tingkat Gugurnya Proposal di Tahap Administrasi
Kepala Pusat Riset DRPM UB, Dr. Sc. Lukman Hakim, S.Si., M.Sc., menjelaskan bahwa dari ratusan proposal penelitian yang dikirim UB ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui platform BIMA, sekitar 50 persen di antaranya tidak lolos karena kendala administratif, bukan kualitas substansi.
“Ini sangat disayangkan, karena penelitian itu seharusnya dimulai dari ketelitian. Banyak proposal bagus yang tidak sempat dinilai karena kesalahan administratif sederhana. Maka workshop ini kami adakan agar para peneliti lebih berhati-hati dan memahami standar kelengkapan dokumen hibah,” ujarnya.
Lukman menambahkan, tahun lalu UB mengirimkan sekitar 440 proposal riset dan hanya 150 yang berhasil memperoleh pendanaan. Setengahnya gugur di tahap awal karena persoalan administratif. “Mulai tahun ini, kami akan melakukan pre-screening internal sebelum proposal dikirim ke Ditjen Dikti. Tim DRPM akan melakukan pemeriksaan pendahuluan agar proposal yang diajukan sudah siap secara administratif dan substansial,” jelasnya.
Langkah tersebut diharapkan dapat menekan tingkat kegagalan dan meningkatkan jumlah proposal yang berhasil lolos pendanaan menjadi dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Riset Kompetitif Butuh Ketekunan dan Strategi

Selain meningkatkan pemahaman administratif, kegiatan ini juga berfokus pada strategi penulisan proposal kompetitif. Para narasumber, yang merupakan peneliti unggulan UB, berbagi pengalaman bagaimana merancang riset yang relevan dengan arah kebijakan nasional, menyusun research design yang kuat, hingga mempresentasikan ide riset secara meyakinkan di hadapan reviewer.
Lukman menegaskan bahwa menjadi champion researcher bukanlah proses instan. “Juara riset itu bukan kebetulan, tapi hasil desain dan proses panjang. Karena itu, kami petakan seluruh talenta riset di UB, baik akademik maupun non-akademik, untuk dibina dan diarahkan pada bidang kompetisi yang sesuai,” ungkapnya.
Pendekatan berbasis pemetaan talenta ini, menurut Lukman, sejalan dengan semangat manajemen talenta nasional yang kini juga dikembangkan di UB. Tujuannya, agar peneliti muda tidak hanya berfokus pada publikasi, tetapi juga memahami bagaimana memaksimalkan peluang hibah untuk pengembangan riset berkelanjutan.
Membangun Budaya Peneliti Teliti
Workshop ini diikuti sekitar 120 peserta dari bidang sains dan teknologi serta akan berlanjut dengan sesi khusus untuk rumpun sosial humaniora (soshum). Total peserta dari dua bidang tersebut mencapai sekitar 270 orang.
Melalui pelatihan ini, DRPM UB berharap dapat menumbuhkan budaya peneliti yang teliti dan siap berkompetisi di tingkat nasional maupun internasional. “Kami ingin peneliti UB tidak hanya produktif, tapi juga efisien dan unggul dalam setiap tahap kompetisi riset. Tahun ini kita targetkan minimal 500 proposal berkualitas siap bersaing,” tutup Lukman.
Dengan penguatan kapasitas seperti ini, UB optimistis dapat mempertahankan reputasinya sebagai salah satu perguruan tinggi dengan produktivitas riset tertinggi di Indonesia, sekaligus menjadi barometer riset sains dan teknologi yang berdampak luas bagi masyarakat.(Din)