KANAL24, Malang – Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Fakultas Pertanian yang dilaksanakan di Dusun Selokerto, Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang didampingi oleh dosen FP yaitu Dr.agr. Nunun Barunawati, S.P., M.P. Kegiatan ini sebagai upaya dalam mendukung pertanian hortikultura dan SDG’s ketahanan pangan nasional.
Agenda KKN kali ini difokuskan untuk mendampingi petani dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas buah jeruk. Produksi jeruk di Desa Selorejo per tahun mencapai 30 ton per hektar, yang terdiri dari jenis Jeruk Keprok, Siam dan Baby Java. Namun, dibalik capaian produksi tersebut, masih terdapat kendala yang perlu diselesaikan, salah satunya adalah permasalahan kekurangan unsur hara pada tanaman jeruk, yang secara nyata berdampak pada penurunan kualitas buah hingga 30-50%.
“Unsur hara ini mnejadi perhatian kami agar segera mendapat solusi sehingga kualitas buah jeruk Selorejo tidak turun,” kata Dr. Nunun dalam keterangan tertulisnya.
Tahap awal bersama mahasiswa pihaknya melakukan Identifikasi terhadap kekurangan dan kelebihan unsur hara baik di tanah maupun di tanaman, merupakan langkah penting dalam manajemen aplikasi unsur hara pada tanaman jeruk. Tim mahasiswa KKN melakukan identifikasi yang dilakukan di tanah dengan menggunakan alat soil makrometer dan mengidentifikasi kekurangan unsur hara di daun secara visual. Pengamatan secara langsung oleh petani dilakukan secara sistematis untuk mendeteksi kadar nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) di tanah, serta mendeteksi pH, suhu, dan kelembapan.

“Kami mengusung pendekatan identifikasi langsung bersama pertani dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan awal kepada petani tentang kondisi unsur hara tanah dan unsur hara pada tanaman,” lanjutnya.
Berdasarkan hasil observasi di lahan pertanian Desa Selorejo, ditemukan kekurangan nitrogen (N), yang ciri-cirinya menguning pada daun tua. Kekurangan fosfor (P) ditandai dengan adanya warna ungu kemerahan pada bagian bawah daun, sedangkan kekurangan Kalium (K) dapat menyebabkan tepi daun menjadi tampak terbakar dan ukuran buah tidak normal. Selain itu, ditemukan kekurangan kalsium (Ca) pada tanaman jeruk yang menyebabkan warna coklat pada buah yang masih muda, bunga mudah gugur, dan terganggunya pembentukan kulit buah. Adapun kekurangan magnesium (Mg) terlihat dari klorosis pada daun tua, dan kekurangan besi (Fe) dan zinc (Zn) menyebabkan daun muda menguning dengan tulang daun yang tetap hijau. Tidak kalah penting dalam perkembangan bunga dan buah jeruk adalah unsur boron (B). Kekurangan unsur ini menyebabkan penurunan pembentukan bunga, dan terhambatnya pembentukan buah.
Unsur hara yang tidak seimbang baik di tanah dan di tanaman mudah dikenali oleh petani, seperti berubahnya warna daun dan terdapat bercak-bercak, daun menggulung, ukuran daun lebih sempit, ukuran buah yang tidak normal, yang hal ini membuat tanaman rentan terhadap serangan penyakit. Dampak hal tersebut akan menurunkan produksi dan pendapatan petani.

Dalam menjawab permasalahan ini, tim KKN di bawah bimbingan Dr.agr. Nunun Barunawati, S.P., M.P., bersama-sama dengan petani jeruk Desa Selorejo berupaya mengaplikasikan pupuk mikro dan pupuk organik cair melalui daun. Selama ini, sebagian besar petani hanya mengandalkan pupuk anorganik yang diaplikasikan di tanah, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan penurunan pH. Pendampingan dilakukan pada lahan jeruk berumur lebih dari 3 tahun, dengan pengaplikasian pupuk daun dilakukan setiap satu bulan sebelum fase pembungaan. Dosis pupuk yang digunakan sebesar 100 ml dalam 16 liter air, diaplikasikan 1 minggu sekali di lahan jeruk petani Desa Selorejo.
“Pupuk mikro dan cair melalui daun ini merupakan solusi untuk meningkatkan unsur hara agar petani memiliki pengetahuan baru dengan dampak yang bagsu,” imbuh Nunun.
Dengan pengetahuan awal yang baik mengenai gejala kekurangan unsur hara dan cara menanggulanginya, diharapkan produktivitas sistem pertanian jeruk di Desa Selorejo dapat berkelanjutan. Peningkatan ini tidak hanya menjawab tantangan ketahanan pangan, tetapi juga memperkuat daya saing produk hortikultura lokal. Pengelolaan manajemen tanaman secara pertanian berkelanjutan akan membantu stabilitas ekosistem dan mempertahankan produksi tanaman secara berkelanjutan. Kualitas buah jeruk akan lebih terjaga, dan sistem budidaya yang sehat serta berkelanjutan dapat terwujud. Mari kita dukung pertanian yang lebih sehat, cerdas, dan berkelanjutan sebagai fondasi ketahanan pangan bangsa.(sdk)