Oleh : Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si.*
Istijabahnya dzikir dan doa kepada Allah melalui beberapa tingkatan, yaitu melalui apa yang diajarkan oleh Allah dalam Al quran (surat atau ayat-ayat alquran), selanjutnya dari apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, kemudian dari kebiasaan dan amalan para orang-orang solih (sahabat, kalangan salaf, shalihin), barulah terakhir doa yang kita panjatkan sendiri dalam bahasa hajat kita masing-masing.
Berikut adalah Keutamaan dzikir melalui apa yang ada di dalam alquran sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits tentang berbagai keutamaan surat dan ayat yang ada dalam alquran, dan hal ini tentu lebih utama diamalkan oleh seorang muslim untuk membuka lebar-lebar pintu-pintu kemudahan dan terkabulnya berbagai hajat serta jalan keluar atas berbagai persoalan hidup.
- Dzikir dengan Surat Al Fatihah
Disebut dengan banyak sebutan antara lain fatihatul kitab (surat pembuka dari alquran), ummul quran (induknya alquran), assab’ul matsaniy (tujuh ayat yang diulang-ulang). Inilah alquran yang agung (alquran al adhim), surat yang sempurna yang melindungi (al wafiyah wal waqiyah), sebagai surat pembendaharaan dan yang menjadi fondasi. Dikenal juga dengan surat Al hamd (pujian), surat As syukr (syukur), surat Assyifa (obat), surat as-sholah (surat yang selalu dipakai dalam shalat), surat al-munajah (untuk munajat atau meminta), surat Ar ruqyah (surat untuk mantera penangkal). Inilah surat yang paling utama dalam Alquran. Nabi bersabda :
فاتحة الكتاب شفاء من كل داء
” surat al-fatihah adalah obat dari segala penyakit” (HR. Addarimi, al baihaqy)
عَنِ الشَّعْبِيِّ ، عَنْ خَارِجَةَ بْنِ الصَّلْتِ التَّمِيمِيِّ ، عَنْ عَمِّهِ ، قَالَ : أَقْبَلْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَأَتَيْنَا عَلَى حَيٍّ مِنَ الْعَرَبِ ، فَقَالُوا : إِنَّا أُنْبِئْنَا أَنَّكُمْ قَدْ جِئْتُمْ مِنْ عِنْدِ هَذَا الرَّجُلِ بِخَيْرٍ ، فَهَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ دَوَاءٍ أَوْ رُقْيَةٍ فَإِنَّ عِنْدَنَا مَعْتُوهًا فِي الْقُيُودِ ؟ قَالَ : فَقُلْنَا : نَعَمْ قَالَ : فَجَاءُوا بِمَعْتُوهٍ فِي الْقُيُودِ ، قَالَ : فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ غُدْوَةً ، وَعَشِيَّةً ، كُلَّمَا خَتَمْتُهَا أَجْمَعُ بُزَاقِي ثُمَّ أَتْفُلُ فَكَأَنَّمَا نَشَطَ مِنْ عِقَالٍ ، قَالَ : فَأَعْطَوْنِي جُعْلاً ، فَقُلْتُ : لاَ ، حَتَّى أَسْأَلَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَقَالَ : كُلْ فَلَعَمْرِي مَنْ أَكَلَ بِرُقْيَةِ بَاطِلٍ لَقَدْ أَكَلْتَ بِرُقْيَةِ حَقٍّ.
“Dari asy-Sya’biy dari Kharijah binti as-Shalt dari pamannya –radhiyallahu ‘anhu- , bahwasanya ia melewati sebuah kaum, kemudian mereka mendatanginya dan berkata: engkau dari sisi orang ini (Rasulullah) dengan membawa kebaikan, maka obatilah orang ini untuk kami. Kemudian didtatangkan kepadanya orang gila yang sedang dalam keadaan terikat. Lalu dia mengobatinya dengan ummu Al-Qur’an selam tiga hari tiap pagi dan sore. Setiap kali ia menyelesaikan bacaannya, ia mengumpulkan ludahnya kemudia meludah. Maka orang tersebut seolah-olah terlepas dari ikatannya –hingga sembuh- lalu mereka memberinya sesuatu. Kemudian paman Kharijah datang kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan menceritakan peristiwa tersebut kepada beliau. Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: makanlah, maka orang yang makan dari ruqyah yang batil –dia telah berdosa- dan sungguh engkau makan dari ruqyah yang hak.” (H.R Abu Dawud dan Ahmad).
Cara Dzikirnya : sebagaimana yang disusun dan dilakukan oleh para ulama dan shalihin, antara lain :
- bacalah secara rutin rutin sebanyak tujuh kali disertai dengan Basmalah setiap habis shalat.
- bacalah sebanyak 313 kali, yakni sebanyak bilangan para Rasul, para sahabat Badar, dan para sahabat Luth.
- Atau bacalah empat puluh kali di waktu fajar.
- Di antara rahasia-rahasia dan khasiatnya yang dapat memperluas rezeki dan yang dengannya setiap tujuan dan maksud (in syaa Allah) mudah tercapai adalah dikenal dengan wirdul as sa’adah (bacaan untuk membuka pintu kebahagiaan), yaitu dengan tata cara membacanya adalah 30 x bacaan Al-Fatihah setelah shalat subuh, 25 x setelah shalat zuhur, 20 x setelah shalat ashar, 15 x setelah shalat magrib, dan 10 x setelah shalat isya.
- Dzikir Ayat Kursi
Disebut dengan Sayyidah Aayil Quran (induk ayat-ayat alquran), ayat al fath (kemenangan), ayat al barokah wa an nama’i (keberkahan dan pertumbuhan), ayat al muqaddasah (yang suci), ayat at tauhid, ayat al mustaghitsin (meminta pertolongan), ayat al musta’inin (orang-orang yang mencari pertolongan), ayat al musta’idzin ( orang yang berlindung), ayat al mustarji’in wal mustajri’in (mencari perlindungan). Atau disenut juga ayat perlindungan dan pembela (al harisah wal wiqayah wa addafi’ah). Ke semua penamaan ini merujuk kepada maksud dan manfaat khasiat dari fadhilah ayat kursi tersebut.
Abu qatadah mengatakan : “Barang siapa yang membaca ayat Kursi ketika dalam kesulitan maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan mengatasinya. (Kitab Abwabul Faraj, sayyid Muhammad al Maliki, hal. 133)
Cara berdzikirnya :
Para ulama shalihin telah mengatur cara berdzikirnya berdasarkan jumlah hurufnya, yakni 170 huruf, atau jumlah katanya, yakni 50 kata, atau jumlah para nabi yang diutus, yakni 313 kali, yakni jumlah para sahabat Thalut dan jumlah para sahabat Badar dari kalangan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau jumlah nama-nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni 201 kali.
Sebagian dari mereka juga mengatur bacaannya dengan cara : Membacanya sekali saja, kemudian sampai pada kalimat:
“ولا يعوده حفظهما وهو العلي العظيم,”
ulangi sebanyak 70 kali.
- Dzikir “Hasbunallah wani’mal wakil”
Kalimat yang agung sebagai pembuka berbagai jalan kemudahan . Suatu kalimat yang diajarkan oleh Allah swt kepada Rasulullah disaat beliau menghadapi kesulitan yang hebat, saat mendengar orang-orang Quraisy telah mengadakan persiapan untuk menyerang Nabi saat perang Uhud. Sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Ali Imran : 173.
ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ
(yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (Surat Ali ‘Imran: 173)
Kalimat Hasbunallah wanikmal wakil, adalah senjata saat seseorang menghadapi suatu persoalan yang hebat. Demikianlah yang ucapkan oleh Nabi Ibrahim saat dilempar ke api, demikianlah pula yang diucapkan oleh Rasulullah sebagaimana dalam ayat tersebut. Diriwayatkan oleh Ibnu Mardawiyah dari Abi Hurairahh r.a. berkata. Rasulullah saw bersabda :
إذا وقعتم في الأمر العظيم فقولوا : حسبنا الله ونعم الوكيل
Jika kalian menghadapi perkara yang hebat, ucapkan : hasbunallah wanikmal wakil, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”
Cara berdzikir :
Para ulama telah mengurutkan cara berdzikir atau membaca ayat ini dalam beberapa jumlah, dan jumlah yang terkenal adalah 450 kali. Sebagian dari mereka mengurutkannya hingga 950 kali, sebagian lagi 19.000 kali, sebagian lagi 4.000 kali, dan sebagian lagi 7.000 kali. Semua itu sesuai dengan ilmu dan usaha mereka, dan tidak seorang pun dari mereka mengatakan bahwa jumlah tersebut diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Kitab Abwabul Faraj : Sayyid Muhammad bin Alawi almaliki, hal. 138)
*) Dr. Akhmad Muwafik Saleh, S.Sos. M.Si., Dosen FISIP UB, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir Al Afkar