Kanal24, Malang – R.H. Authonul Muther, penulis filsafat sekaligus kritikus sastra, mendirikan Edisi Mori pada 22 Maret 2022 di Malang. Melalui wawancara eksklusif dengan Kanal24 pada Sabtu (09/11/2024), sebagai penerbit yang mengkhususkan diri dalam buku filsafat, sastra, humaniora, dan sains, Edisi Mori hadir dengan visi sederhana namun dalam: menyediakan bacaan yang berkualitas tinggi dan penuh makna.
Selain menulis, Authonul juga berperan sebagai editor, baik di Edisi Mori maupun penerbit lainnya, sementara posisi manajer operasional dan kepala keuangan dipegang oleh Dyah Monika Sari. Edisi Mori juga didukung oleh tim solid yang mencakup Wildan Firdausi sebagai layouter, Moh. Rusydi sebagai marketing dan editor, serta Ach. Ghifari sebagai penyelaras aksara.
Lahir dari sebuah insiden sederhana namun berkesan, Edisi Mori bermula ketika seorang teman Authonul memiliki naskah siap terbit, dan seorang rekan lainnya menyarankan agar ia mendirikan penerbit untuk meluncurkan naskah tersebut. Setelah berdiskusi dengan seorang guru, Authonul akhirnya mendirikan Edisi Mori. Penerbitan perdana mereka adalah buku Falsafatuna yang diterjemahkan oleh Ach. Khoiron Nafis.
Meski awalnya terjadi “secara kebetulan,” pendirian Edisi Mori dilakukan dengan serius melalui riset mendalam tentang penerbit besar dari negara-negara seperti Prancis dan Jerman. Nama “Edisi Mori” pun dipilih dengan hati-hati, mencerminkan keunikan mereka di Indonesia sebagai penerbit yang mengusung nama “edisi.”
Tujuan utama Edisi Mori adalah menciptakan bacaan berkualitas tinggi melalui seleksi yang ketat. Menurut Authonul, setiap buku yang diterbitkan membutuhkan kertas, yang berarti ada dampak terhadap lingkungan. Edisi Mori ingin memastikan bahwa setiap buku yang dicetak memiliki nilai literatur yang signifikan, sehingga dapat dibaca dan diapresiasi bertahun-tahun ke depan.
“Dalam dua tahun pertama, Edisi Mori hanya menerbitkan tujuh judul buku, tetapi semua buku tersebut dipilih dengan teliti untuk menjaga kualitas yang mereka yakini. Dengan pilihan bacaan yang baik, Edisi Mori berharap dapat meningkatkan kecerdasan pembacanya,” terang Authonul.
Target pasar Edisi Mori tergolong spesifik, yakni para mahasiswa, dosen, dan peneliti yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap literatur serius. Daftar buku yang diterbitkan hingga saat ini antara lain Falsafatuna karya Muhammad Baqir Shadr, Derridean karya Muhammad Al-Fayyadl, Al-Muallaqat karya Fathul H. Panatapraja, serta Materialisme dan Empirio-Kritisisme karya V.I. Lenin.
Beberapa karya yang baru saja terbit dan telah populer di antaranya adalah Gendhis Kembang Wangi karya Arti Erst dan Kerja Hidup Kontra Mutasi Kapital karya Hizkia Yosias Polimpung. Tahun depan, ada lima buku lagi yang dijadwalkan terbit, termasuk karya dari Kiai M. Faizi dan Royyan Julian.
“Beberapa buku Edisi Mori yang paling diminati adalah Falsafatuna, Derridean, Materialisme dan Empirio-Kritisisme, dan Kerja Hidup Kontra Mutasi Kapital,” ujar Authonul.
Buku-buku ini habis terjual dan akan dicetak ulang pada bulan Desember mendatang. Salah satu keunggulan penerbit ini adalah komitmennya dalam penerjemahan dari bahasa primer, seperti Arab dan Rusia, yang menjadi nilai tambah tersendiri bagi pembaca. Authonul menegaskan bahwa Mori mengutamakan kualitas naskah tanpa mempertimbangkan popularitas penulisnya.
Edisi Mori memiliki toko online, dengan distribusi ke beberapa toko buku independen, seperti Griya Buku Pelangi Sastra, Warung Sastra, dan Berdikari Book. Selain itu, mereka juga kerap mengadakan diskusi bedah buku sebagai bentuk apresiasi terhadap karya yang mereka terbitkan. Beberapa contoh diskusi publik yang telah diadakan antara lain bedah buku Derridean dan Al-Muallaqat di Ekologie dan Flava Cafe Malang, yang disambut hangat oleh para pencinta buku.
“Edisi Mori memiliki beberapa inovasi ke depannya, salah satunya adalah rencana untuk membangun tempat belajar gratis yang dilengkapi dengan fasilitas seni untuk melatih kemampuan menulis,” pungkas Authonul.
Mereka juga berencana mengadakan “Mori Mini Parade” secara tahunan, sebuah acara yang menghadirkan penulis-penulis Mori untuk berdiskusi tentang karya mereka dan berbagai topik lainnya. Upaya ini ditujukan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap buku, karena menurut Authonul, tanpa pembaca yang kuat, dunia penerbitan akan kehilangan fondasinya.
Bagi pembaca yang ingin mendapatkan buku Edisi Mori, bisa mengunjungi akun Instagram atau Twitter mereka di @edisimori, atau menghubungi via WhatsApp di 0819-3658-5351. Penerbit ini juga menyediakan buku-bukunya di berbagai marketplace, memudahkan siapa pun untuk mengakses bacaan berkualitas tinggi yang ditawarkan Edisi Mori. (nid)