KANAL24, Jakarta – Efek virus korona pada kinerja industri perbankan belum terasa pada kuartal II-2020, namun akan terasa berat pada kuartal II tahun ini.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani mengatakan, wabah virus korona baru terkonfirmasi pada awal Maret 2020, sehingga efeknya bagi industri perbankan belum terasa. ” So far kinerja perbankan saya lihat masih oke di kuartal I 2020 ini,” kata Aviliani Jumat (10/4/2020).
Namun ia mengkhawatirkan dampaknya pada kuartal II-2020. Ia melihat sudah begitu banyak dunia usaha yang mengalami perlambatan. Apalagi ditambah dengan kebijakan pelonggaran penagihan cicilan kredit, restrukturisasi kredit, sampai penurununan suku bunga kredit perbankan, termasuk kredit usaha rakyat (KUR), yang dikeluarkan pemerintah.
“Ini akan menekan pendapatan bunga bagi perbankan. Sementara itu, secara biaya operasional maupun biaya dana atau cost of fund , mereka tetap harus mengeluarkan biaya untuk itu,” jelas Aviliani.
Ia memprediksi bank akan mengerem penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dari masyarakat. Langkah ini diambil untuk mengurangi beban biaya dana, sementara pendapatan dari bunga kredit menurun. Ke depan, bukan tidak mungkin industri perbankan akan mengalami likuiditas yang lebih ketat.
Selain itu, dampak Covid-19 juga berimbas pada penurunan profit industri perbankan. Dengan tingkat suku bunga kredit yang menurun, ditambah kemudahan bagi debitur untuk memperoleh restrukturisasi kredit, perolehan laba perbankan akan tergerus. Apalagi jika memang ekonomi sektor riil begitu terpuruk, sehingga debitur dari berbagai sektor usaha ramai-ramai mengajukan restrukturisasi kredit.
“Banyak pengusaha sudah memberi sinyal mereka hanya sanggup bertahan sampai Juni. Kalau wabah ini ternyata berlangsung lama, akan ada banyak pengusaha yang menjadi debitur, beresiko kolaps. Ini tentu akan berdampak buruk pada industri perbankan itu sendiri. Jangan sampai mereka kehabisan modal kerja untuk kembali bisa melanjutkan usaha,” papar Aviliani.
Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Januari 2020, raihan laba bersih bank umum mencapai Rp14,55 triliun. Jumlah tersebut menunjukkan pertumbuhan 8,25% dibandingkan akhir Januari 2019 yang mencapai Rp13,44 triliun.
Sementara jumlah kredit yang disalurkan bank umum pada Januari 2020 mencapai Rp5.502,81 triliun. Ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 6,09% dibandingkan Januari 2019 yang mencapai Rp5.186,61 triliun.
DPK yang dihimpun bank umum secara keseluruhan pada Januari 2020 mencapai Rp5.941,72 triliun. Jumlah ini tumbuh 6,80% dibandingkan Januari 2019 yang mencapai Rp5.563,16 triliun.(sdk)