Kanal24, Malang — Di tengah tantangan krisis pangan global dan dampak perubahan iklim yang semakin nyata, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) menegaskan komitmennya untuk menghadirkan solusi melalui inovasi dan kolaborasi. Komitmen itu diwujudkan lewat Expo dan Bazar Pertanian 2025, bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-65 FP UB yang mengusung tema “Menyemai Inovasi, Menuai Kemandirian.”
Kegiatan yang digelar di Gedung Samanta Krida UB pada 4–6 November 2025 ini menjadi ruang interaktif antara akademisi, mahasiswa, pelaku usaha, dan masyarakat untuk memperkuat ekosistem pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Sinergi Riset dan Industri dalam Satu Ruang
Ketua Pelaksana Dies Natalis FP UB ke-65, Dr. Riyanti Isaskar, S.P., M.Si., menyampaikan bahwa expo ini bukan sekadar pameran produk pertanian, tetapi wujud nyata dari visi fakultas dalam membumikan riset agar memberi dampak langsung bagi masyarakat.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin menunjukkan bahwa inovasi pertanian tidak boleh berhenti di laboratorium. Ia harus tumbuh di tengah masyarakat, memberi manfaat, dan melahirkan kemandirian pangan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Expo dan Bazar Pertanian 2025 diikuti oleh 58 pelaku UMKM dan 11 mitra strategis dari sektor pertanian, agribisnis, dan teknologi pertanian. Beragam inovasi dipamerkan, mulai dari olahan pangan lokal, benih unggul, teknologi smart farming, hingga produk ramah lingkungan berbasis riset mahasiswa dan dosen FP UB.
Baca juga:
EMT UB Kembangkan Model Kampus Tangguh Bencana

Mahasiswa Jadi Penggerak Lapangan
Kegiatan ini juga menjadi wahana pembelajaran kontekstual bagi mahasiswa. Lebih dari 320 mahasiswa terlibat aktif dalam seluruh rangkaian acara — mulai dari pengelolaan stan UMKM, pendampingan pelaku usaha, hingga fasilitator diskusi interaktif dengan pelaku industri.
Dr. Riyanti menjelaskan, keterlibatan mahasiswa ini selaras dengan semangat Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dikembangkan UB.
“Mahasiswa belajar langsung dari praktik nyata, berinteraksi dengan industri, dan memahami proses bisnis pertanian secara utuh. Ini bentuk pembelajaran berbasis pengalaman yang menjadi fondasi MBKM,” katanya.
Kolaborasi lintas program studi juga menjadi nilai tambah. Mahasiswa Agribisnis mengembangkan strategi pemasaran produk lokal, sementara mahasiswa Agroteknologi dan Ilmu Tanah menampilkan inovasi budidaya serta teknologi ramah lingkungan.
Menjawab Tantangan Iklim Lewat Inovasi
Dr. Riyanti menegaskan, inovasi menjadi kunci menghadapi tantangan perubahan iklim yang mempengaruhi produktivitas pertanian nasional.
“Ketahanan pangan tidak dapat dicapai tanpa inovasi. Kita harus mengembangkan varietas adaptif, sistem irigasi efisien, dan teknologi presisi yang sesuai dengan tantangan zaman,” jelasnya.
Beberapa inovasi mahasiswa FP UB yang ditampilkan di expo antara lain sistem tanam hidroponik bertenaga surya, pupuk organik dari limbah pertanian, dan aplikasi digital untuk monitoring pertumbuhan tanaman — bukti konkret bahwa generasi muda pertanian siap menghadirkan solusi berbasis sains dan teknologi.

Arah Menuju Pertanian Modern dan SDGs
Lebih dari sekadar perayaan ulang tahun fakultas, Dies Natalis ke-65 FP UB menjadi momentum strategis untuk memperkuat peran perguruan tinggi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya di bidang pangan dan lingkungan.
“Kami berharap semangat inovasi yang tumbuh di fakultas ini dapat menjadi inspirasi bagi dunia pertanian Indonesia. Dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kerja sama lintas sektor, kemandirian pangan bukan lagi cita-cita, melainkan kenyataan,” pungkas Dr. Riyanti.
Melalui Expo dan Bazar Pertanian 2025, Fakultas Pertanian UB menegaskan perannya sebagai pusat inovasi dan kolaborasi, yang terus menanam benih pengetahuan untuk menuai kemandirian pangan Indonesia di masa depan.(Din)










