KANAL24, Malang – Krida Mahasiswa Fakultas Vokasi 2022 resmi dibuka pada Minggu (11/9/2022) di Samantha Krida Universitas Brawijaya. Mengusung tema “Sinergi dalam Berinovasi Menyongsong Era Society 5.0”, Krima 2022 turut mengundang Dirjen Pendidikan Vokasi Kemdikbudristek RI periode 2020-2022, Wikan Sakarinto, sebagai pemateri.
“Kami berharap mahasiswa baru dapat mengambil semangat, mengambil satu titik positif dari perjalanan beliau, yang merupakan asli insan vokasi,” kata Dekan Fakultas Vokasi UB, Prof. Unti Ludigdo, saat membuka Krima 2022.
Dalam penyampaian materi, Wikan menyinggung pendidikan di Indonesia selama ini terlalu fokus pada hard skill. Proses pembelajaran yang diterapkan dianggap kurang efektif dalam membentuk karakter mahasiswa. Ia mengibaratkan perkuliahan sebagai proses menyiapkan anak panah agar tangguh. Namun tanpa dibarengi tarikan yang kuat berupa soft skill, anak panah tersebut tidak bisa melesat. Maka dari itu Wikan berharap mahasiswa baru vokasi dapat merubah mindset (pola pikir) dan membekali diri dengan kompetensi yang lain.
Kompetensi yang dimaksud yakni kemampuan menguatkan daya kreatifitas, inovasi, serta keterampilan dalam memimpin (leadership). Menurut Wikan, nilai akademik yang tinggi saja tidak menjamin kualitas lulusan perguruan tinggi, melainkan diimbangi faktor-faktor lain seperti sikap dan passion.
“Industri itu banyak yang komplain. Lulusan kita kurang tahan menghadapi dunia kerja dan berkomunikasi dengan baik,” kata Wikan.
Lebih lanjut, Wikan menyampaikan dunia saat ini sedang menghadapi era disrupsi. Artinya terjadi perubahan secara masif terhadap tatanan industri di dunia kerja. Selain itu masa ini juga dihadapkan pada Era Society 5.0, yakni mengandalkan manusia sebagai komponen utama dalam penggunaan teknologi modern. Maka dari itu mahasiswa vokasi diharapkan mampu bersaing dan terus mengembangkan inovasi terhadap industri teknologi digital.
Selain itu, sistem pembelajaran yang diterapkan hendaknya mengalami transformasi, yakni seimbang antara melatih kemampuan akademik mahasiswa (hard skill) dan keterampilan soft skill. “Ini adalah projek based-learning, yang akan saya coba diskusikan dengan dosen-dosen di Brawijaya,” tutur Wikan. (ain)