KANAL24, Malang – Desa Toyomarto, yang memiliki panorama Gunung Arjuno serta keberadaan Candi Sumberawan, dinilai berpotensi menjadi destinasi eco-heritage unggulan di Kabupaten Malang. Agar makin berkembang, pelaku pariwisata di desa tersebut harus memperluas jejaring mitra agar pasarnya semakin luas.
Kondisi jaringan pemasaran yang belum kuat membuat Tim pengabdian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) yang diketuai oleh Prof. Dwi Budi Santoso, SE., MS., Ph.D., bersama anggota dosen Farah Wulandari Pengestuty, SE., ME., Ph.D., dan Dynda Fadhlillah Aulia, SE., ME., selaku mahasiswa, melaksanakan program pengabdian bertajuk “Strategi Perluasan Pasar Pariwisata Berbasis Penguatan Jaringan Mitra di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari.”
“Jaringan pemsaran di Toyomerto yang masih belum kuat inilah yang menjadi dasar kami untuk ikut membantu mereka,” kata Prof. Dwi Budi Santoso.
Kegiatan ini merupakan bagian dari skema DPP Pengabdian Level 2 yang bertujuan memperkuat kolaborasi antara pemerintah desa, BUMDes, Pokdarwis, pelaku usaha, dan pihak swasta guna mendorong daya saing pariwisata berbasis potensi alam dan budaya lokal.
Program ini mulai dilaksanakan pada Juli 2025 melalui lokakarya rebranding yang menghadirkan pengurus Pokdarwis, pengelola BUMDes, perangkat desa, dan pelaku UMKM.

Dalam forum tersebut disepakati identitas baru “Toyomarto Eco-Heritage Gateway” sebagai citra destinasi yang menggabungkan nilai sejarah dan kelestarian alam. Tim pengabdian juga menyelenggarakan dua pelatihan digital marketing pada 8 dan 15 Juli 2025 dengan fokus pada storytelling visual, penyusunan kalender konten, serta optimalisasi penggunaan mediasosial seperti Instagram dan TikTok.
“Identitas ini penting agar seluruh masyarakat desa bisa memahami kemana arah pariwisata Desa Toyomerto,” lanjut Dwi.
Berdasarkan hasil evaluasi, sebanyak 88% peserta mampu menghasilkan kalender konten mandiri. Akun resmi @dewi.amerta_toyomarto mencatat peningkatan performa dengan 19.420 impresi, engagement rate 7,1%, serta pertumbuhan pengikut sebesar 15% dibandingkan sebelum program berlangsung.
Dari aspek kemitraan, tim berhasil membangun jejaring strategis dengan satu agensi kreatif, dua biro perjalanan, dan satu marketplace suvenir lokal. Kolaborasi ini menghasilkan paket wisata dua-hari bertema Eco-Heritage Gateway, program distribusi produk lokal di pasar digital, serta penyelenggaraan klinik bisnis bulanan bersama Laboratorium Kewirausahaan FEB UB untuk memperkuat identitas merek desa wisata. Dampak awal program sudah terlihat nyata, dengan peningkatan rata-rata kunjungan wisata akhir pekan dari 35 menjadi 62 orang, serta kenaikan pendapatan BUMDes sebesar 38% dari baseline sebelumnya.
Ke depan, program ini akan difokuskan pada pengembangan dashboard analitik media sosial untuk pemantauan berbasis data, perbaikan fasilitas wisata seperti area parkir dan sanitasi, serta pengajuan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atas slogan “Toyomarto Eco-Heritage Gateway.”
Melalui pendekatan partisipatif dan model pentahelix yang melibatkan akademisi, pemerintah desa, pelaku usaha, dan masyarakat lokal, program pengabdian ini diharapkan mampu menciptakan tata kelola pariwisata yang mandiri, inovatif, dan berkelanjutan. Desa Toyomarto pun ditargetkan menjadi contoh keberhasilan desa wisata berbasis kemitraan dan promosi digital di Malang Raya. (sdk)










