Kanal24, Malang – Budidaya ikan merupakan bagian dari mata pencaharian masyarakat yang bekerja sebagai nelayan. Dalam proses budidaya ikan, terdapat beberapa masalah yang menjadi penghambat bahkan menggagalkan panen nelayan. Salah satu permasalahan yang cukup sering dihadapi para nelayan adalah fenomena upwelling.
Upwelling merupakan fenomena alam yang terjadi di perairan berupa pergerakan air dari dasar ke permukaan. Fenomena ini terjadi di beberapa perairan tertentu, baik laut maupun danau. Di beberapa tempat, upwelling mendatangkan kerugian bagi para nelayan. Oleh karena itu, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar dalam menghadapi fenomena upwelling yang terjadi di Ranu Klakah, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (6/8/2022).
“Upwelling itu memang fenomena alam. Jadi, kita namakan upwelling karena ada pengadukan air dari dasar ke atas. Bahan organik yang terendap di dasar terbawa ke atas, kemudian dioksidasi di permukaan. Kalau di Klakah disebut koyo,” kata Diana selaku dosen yang turut serta dalam kegiatan sosialisasi tersebut.
Upwelling biasanya terjadi di daerah subtropis sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu pada musim gugur dan musim semi. Sedangkan di daerah tropis, hanya terjadi satu kali upwelling dalam setahun. Diana mengungkapkan, Ranu Klakah merupakan danau yang istimewa. Tidak seperti danau-danau lain di sekitarnya, posisi Ranu Klakah yang strategis membuat perairan itu mengalami fenomena upwelling.
“Tropis itu kan panas terus ya, sehingga air di danau selalu terstratifikasi. Yang bawah dingin, yang tengah hangat, paling atas agak hangat. Ranu Klakah ini khusus, posisinya di atas gunung. Setahun itu mengalami satu kali upwelling. Nah, itu namanya danau monomiktik,”
Diana menjelaskan, upwelling terjadi saat bagian dasar dan permukaan perairan memiliki suhu yang sama sehingga tercipta pergerakan angin di permukaan. Angin tersebut kemudian menggerakan massa air secara vertikal. Di Malang sendiri, kemungkinan terjadinya upwelling adalah saat suhu seluruh kota berada di titik terendah.
Sebagai tempat yang sering digunakan untuk budidaya ikan, upwelling yang terjadi di Ranu Klakah menimbulkan banyak keluhan dari masyarakat. Mereka mengeluhkan ikan-ikan yang mati sebelum bisa dipanen.
“Karena oksigen banyak diserap untuk mengoksidasi bahan organik, oksigen untuk organisme menjadi tidak ada atau kekurangan, sehingga ikannya jadi mati. Sering kali masyarakat mengeluh ikan-ikan mereka mati karena upwelling itu” ungkap Diana.
Di samping itu, terdapat sisi positif dari terjadinya upwelling bagi perairan. Diana menjelaskan, fenomena upwelling membuat perairan menjadi subur dan tidak mudah mengalami pendangkalan. Hal tersebut disebabkan materi organik yang ada di dasar selalu terangkat ke atas dan teroksidasi, sehingga hasil oksidasi tersebut bisa berdampak positif bagi tanaman yang tumbuh di perairan.
Guna menanggulangi kerugian panen ikan, Diana menghimbau masyarakat Klakah untuk tidak menanam bibit ikan menjelang terjadinya fenomena upwelling. Ia menambahkan, waktu terbaik untuk menanam bibit ikan adalah ketika fenomena upwelling berakhir, karena pada saat itu perairan menjadi subur.
Namun, apabila nelayan terlanjur menebarkan bibit ikan, Diana menyarankan untuk segera melakukan panen atau memindahkan ikan ke kolam lain sampai upwelling berakhir. Tanda dari berakhirnya fenomena upwelling adalah ketika bau dari sulfur yang ikut teraduk tidak lagi tercium.
“Jadi pada saat upwelling, anginnya kencang, kemudian (airnya) kelihatan teraduk, dan ada kilat-kilat ungu atau merah, itu sulfur. Kemudian baunya gak enak. Nah, setelah bau gak enaknya itu selesai, artinya sudah teroksidasi semua. Setelah itu, (perairan) baru boleh digunakan untuk nanem ikan,” jelas Diana.
Melalui sosialisasi yang diberikan tim FPIK UB, Diana berharap agar masyarakat dapat menjadikan fenomena upwelling di Ranu Klakah menjadi sesuatu yang menguntungkan.
“Semoga ekonomi masyarakat tidak jatuh. Saya harap mereka bisa memanfaatkan alam yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa dengan sebaik-baiknya, semaksimal mungkin, mendapat keuntungan sebanyak mungkin, tetapi perairannya lestari,” kata Diana. (nad)