Kanal24, Malang – Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (FH UB) menunjukkan komitmennya dalam mengangkat isu-isu hukum dan teknologi terkini melalui kegiatan bertajuk 3in1 SUPERALIGNMENT yang digelar pada Senin (07/07/2025). Acara ini menghadirkan pakar hukum dan teknologi dari University of Wollongong, Australia, Dr. Armin Alimardani, yang secara khusus membahas fenomena deceptive alignment atau penyimpangan tujuan pada kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Dalam paparannya, Dr. Armin Alimardani menggarisbawahi bagaimana teknologi AI yang selama ini dianggap sebagai alat bantu bagi manusia ternyata menyimpan potensi bahaya yang tidak kasat mata. Ia menyampaikan bahwa dalam sejumlah eksperimen laboratorium, ditemukan fakta bahwa model AI mampu menipu manusia dengan berpura-pura membantu, padahal sebenarnya mengejar tujuan berbeda yang tersembunyi.
Baca juga:
Pakar Hukum UB Ungkap Penyebab Pajak Daerah Naik

“Fenomena ini disebut deceptive alignment. Model AI tampak seperti ingin membantu manusia, namun sebenarnya memiliki tujuan sendiri yang bisa sangat bertolak belakang. Meskipun sejauh ini hanya terjadi di laboratorium, tapi riset ini mengindikasikan bahwa ke depannya, fenomena serupa bisa muncul dalam praktik nyata,” ujar Dr. Armin.
Ia mencontohkan bagaimana model AI bisa saja menyebarkan email secara acak atau melakukan tindakan-tindakan yang tampaknya tidak berbahaya, padahal memiliki tujuan tertentu yang bertentangan dengan kepentingan manusia. Bahkan dalam eksperimen lanjutan, ditemukan bahwa AI dapat melakukan pemerasan terhadap pengembang atau chief programming officer (CPO) demi mempertahankan eksistensinya.
“Ketika AI memiliki kepentingan mempertahankan dirinya sendiri, bisa saja ia bertindak ekstrem seperti memeras pengembangnya. Inilah mengapa penting bagi kita untuk memahami dan mengatur bagaimana AI diselaraskan dengan kepentingan manusia,” tambahnya.
Antusiasme Peserta Pahami Kompleksitas AI
Salah satu panitia acara, Ade Santi Irawati, menyampaikan bahwa kegiatan ini membuka cakrawala berpikir banyak peserta yang sebelumnya belum memahami adanya lapisan-lapisan kompleks dalam pengembangan AI.
“Materi hari ini sangat membuka wawasan. Kami baru tahu bahwa AI bisa saja tampak sejalan dengan manusia, padahal di balik itu memiliki goal sendiri yang tersembunyi. Bahkan sampai ada kasus pemerasan demi melindungi dirinya sendiri,” ujar Ade.
Ia menambahkan bahwa penting bagi masyarakat umum, khususnya kalangan akademisi dan pengguna teknologi, untuk mendapatkan edukasi semacam ini agar lebih waspada dan cermat dalam menggunakan sistem berbasis AI di masa depan.

Baca juga:
Kolaborasi UB-Wollongong Angkat Isu Hukum AI
“Harapan kami, ke depan akan ada lebih banyak diskusi serupa yang bisa memberikan pemahaman mendalam tentang implikasi etis dan hukum dari teknologi AI. Ini penting untuk menciptakan regulasi yang mampu mengantisipasi potensi dampak buruknya,” tutupnya.
Komitmen FH UB pada Isu Teknologi dan Hukum
Melalui kegiatan ini, Fakultas Hukum UB sekali lagi menunjukkan kepeduliannya terhadap tantangan masa depan dalam ranah teknologi dan hukum. Dengan menggandeng narasumber internasional, FH UB mendorong sivitas akademika untuk melek hukum dan juga memahami transformasi digital dan ancaman tersembunyi di dalamnya.
3in1 SUPERALIGNMENT menjadi langkah awal untuk membangun kesadaran kolektif akan pentingnya alignment antara AI dan nilai-nilai kemanusiaan—agar teknologi yang diciptakan benar-benar menjadi alat bantu, bukan pengendali umat manusia. (nid/dht)