Kanal24, Malang – Menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) periode 2025–2030, Prof. Dr. Hamidah Nayati Utami, S.Sos., M.Si. menetapkan sejumlah agenda prioritas yang sejalan dengan arah kebijakan Rektor Universitas Brawijaya, yakni mendorong UB masuk ke dalam peringkat QS 500 dunia.
Salah satu program strategis yang akan dikawal adalah pembenahan ekosistem riset. “Kami membentuk kelompok riset berbasis guru besar. Satu guru besar memimpin satu kelompok riset. Ini akan memfasilitasi dosen, terutama yang belum punya akun Scopus, agar bisa didampingi dari riset hingga publikasi,” jelas Prof. Hamidah.
Baca juga:
Eksplorasi Budaya Malaysia-Indonesia di FIA UB
Menurutnya, dampak riset bukan sekadar kuantitas, tetapi harus berdampak pada pengembangan ilmu, institusi, dan masyarakat. Langkah ini juga mendukung visi nasional “Saintek Berdampak” dari Kementerian Pendidikan Tinggi.
Transformasi Layanan Digital dan Literasi Tendik
Selain riset, tata kelola digital juga menjadi fokus utama. FIA UB tengah gencar menggelar pelatihan digital untuk tenaga kependidikan (tendik), guna memastikan pelayanan akademik berjalan cepat, akurat, dan profesional.
“Literasi digital tendik sangat penting. Pelayanan yang responsif dan efisien akan membuat mahasiswa dan dosen lebih nyaman. Kita ingin membentuk birokrasi kampus yang adaptif dan berbasis teknologi,” terangnya.
Akreditasi Prodi dan Kualitas Lulusan
Prof. Hamidah juga menargetkan peningkatan mutu program studi melalui akreditasi nasional maupun internasional. Dalam bidang kemahasiswaan, fokus diarahkan pada peningkatan prestasi dan pemangkasan masa tunggu kerja lulusan.
“FIA UB harus menghasilkan lulusan yang cepat terserap di pasar kerja. Itu indikator penting dalam reputasi akademik,” katanya.
Sebagai fakultas pelopor dalam ilmu administrasi, FIA UB juga akan terus menjaga peran strategisnya dalam pengembangan kurikulum nasional. “Kami menjadi rujukan prodi ilmu administrasi di Indonesia. Posisi ini harus terus dipertahankan dan diperkuat,” imbuhnya.
Kesetaraan Peluang Studi Dosen Perempuan
Menyadari tantangan yang dihadapi dosen perempuan, terutama yang ingin studi lanjut sebelum usia 40 tahun, FIA UB juga memberikan perhatian khusus.
“Kita dorong dosen perempuan untuk studi luar negeri meski ada tantangan domestik, seperti anak kecil atau izin keluarga. Banyak yang berhasil, dan itu bisa jadi inspirasi,” jelasnya.
Namun, ia menegaskan bahwa peluang diberikan berdasarkan kompetensi, tanpa membedakan gender.
Baca juga:
Ini Program Prioritas Empat Kandidat Dekan FIA UB
Menuju Fakultas yang Berdampak Global
Menutup pernyataannya, Prof. Hamidah menyampaikan harapan agar semua program prioritas bisa dijalankan secara konsisten dalam enam bulan pertama masa jabatan, dan ditingkatkan dalam lima tahun ke depan.
“Kita ingin menciptakan budaya akademik yang berdampak. Tidak hanya mengejar kinerja administratif, tetapi hasilnya benar-benar berguna bagi masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan,” pungkasnya. (nid)