Kanal24, Malang – Batik, hingga hari ini menjadi warisan budaya yang masih terus lestari. Tidak sekadar menjadi kain bermotif, namun batik menjadi cerminan sejarah, filosofi, dan kearifan lokal yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Hal inilah yang diangkat oleh mahasiswa Seni Rupa Murni Universitas Brawijaya dalam pameran bertajuk “Kreasi Seni Rupa Tradisi Jawa Timur” yang berlangsung pada 12-14 Desember 2024 di Gallery SAC, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya.
Pameran ini terbuka untuk umum dengan gratis biaya masuk. Pengunjung dapat menikmati eksplorasi motif batik khas Jawa Timur, khususnya batik Malangan, yang dikolaborasikan dengan teknologi modern seperti kecerdasan buatan (AI). Salah satu inovasi yang menarik adalah penggunaan AI dalam menciptakan motif batik melalui platform bernama Gen Batik, yang dikembangkan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer UB.
Eksplorasi Motif Batik Jawa Timur
Siti Fitrohitul Izza, mahasiswa Seni Rupa Murni angkatan 2021 yang turut memamerkan karyanya, menjelaskan bahwa pameran ini merupakan bagian dari mata kuliah Seni Rupa Tradisi Jawa Timur. Para mahasiswa mengeksplorasi motif-motif batik tradisional dan mengadaptasinya sesuai dengan ciri khas Malangan, seperti motif bakso yang terinspirasi dari ikon kuliner Malang, serta motif yang terinspirasi dari Candi Jago dan tema “Malang Kota Bunga.”
“Kami ingin menampilkan bagaimana batik bisa berkolaborasi dengan modernisasi tanpa kehilangan nilai-nilai tradisionalnya. Salah satunya melalui inovasi motif berbasis AI, di mana teknologi digunakan untuk mendesain motif, sementara proses pengerjaan, seperti mencanting dan pewarnaan, tetap dilakukan secara manual,” ungkap Izza.
Kecerdasan Buatan dalam Seni Batik
Motif batik berbasis AI menjadi salah satu daya tarik utama dalam pameran ini. Menurut Izza, motif-motif ini diciptakan menggunakan prompt tertentu, seperti “bunga dengan latar hitam,” yang kemudian diolah menjadi desain repetitif. Setelah desain selesai, mahasiswa melanjutkan proses membatik secara manual hingga menghasilkan kain yang siap dipamerkan.
AI hanya digunakan pada tahap desain, sedangkan pewarnaan dan sentuhan akhir tetap menjadi hasil eksplorasi kreativitas mahasiswa. Platform Gen Batik, yang digunakan untuk menciptakan motif ini, merupakan kolaborasi dengan inovasi mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer UB.
Meretas Jalan Menuju Dunia Industri
Selain sebagai bentuk apresiasi seni, pameran ini juga diharapkan menjadi jembatan bagi mahasiswa untuk masuk ke dunia industri kreatif. Izza menjelaskan bahwa beberapa karya mahasiswa dirancang agar dapat bernilai ekonomis dan berpotensi dikembangkan menjadi produk untuk pasar yang lebih luas.
“Kegiatan ini memberi kami pengalaman langsung tentang proses produksi batik, mulai dari desain hingga tahap akhir. Harapannya, mahasiswa bisa mengimplementasikan pembelajaran ini dalam dunia bisnis, menciptakan produk yang modern, namun tetap berakar pada budaya lokal,” tambahnya.
Pesan yang ingin disampaikan melalui pameran ini adalah pentingnya generasi muda dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya Indonesia. Izza menekankan bahwa meski batik telah dikenal secara global, improvisasi dan inovasi tetap diperlukan untuk menjawab tantangan zaman.
“Sebagai generasi muda, kita harus sadar bahwa batik adalah bagian dari identitas bangsa. Dengan inovasi desain yang bernilai modern dan ekonomis, kita bisa menjaga batik tetap relevan tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisionalnya,” tutup Izza.
Pameran ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk terus menggali potensi seni tradisional Indonesia dengan cara yang kreatif dan inovatif.