Kanal24, Malang — Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (Filkom UB) kembali menggelar program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) tahun 2025 sebagai bagian dari kurikulum wajib untuk mahasiswa semester 4 menuju semester 5. Program ini merupakan bentuk nyata pengabdian kepada masyarakat dan pengaplikasian ilmu di dunia nyata, khususnya di wilayah pedesaan.
Wakil Dekan Bidang Akademik Filkom UB, Dr. Eng. Ir. Herman Tolle, ST., MT., menjelaskan kepada Kanal24 pada Kamis (05/06/2025) bahwa MMD tahun ini dilaksanakan secara mandiri oleh fakultas karena kuota MMD tingkat universitas tidak mencukupi untuk semua mahasiswa. Oleh karena itu, Filkom UB mengadakan program ini secara terpisah namun tetap sejalan dengan visi pengabdian UB.
Baca juga:
Capstone Project Teknik Informatika Filkom UB Tampilkan Inovasi Mahasiswa Berbasis AI

“Kami tempatkan sekitar 12-13 mahasiswa di tiap desa, dengan total 790 mahasiswa yang terbagi ke dalam 57 kelompok. Mereka akan tinggal di desa selama satu bulan penuh, mulai Juli 2025, dan akan didampingi oleh dosen pembimbing lapangan,” jelas Herman.
Pelaksanaan MMD Filkom UB tahun ini akan menyasar dua kabupaten, yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar, mencakup total 9 kecamatan. Salah satu wilayah yang menjadi lokasi utama adalah Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, dengan empat desa yang akan menjadi tempat tinggal dan tempat program dijalankan, yaitu Desa Maguan, Banjarsari, Kranggan, dan Kesamben.
Pembekalan MMD: Kombinasi Soft Skill dan Hard Skill
Ketua pelaksana MMD Filkom UB 2025, Haris Farisi, S.Kom., MT., menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan MMD diawali dengan sesi pembekalan yang terbagi menjadi empat tahap. Pembekalan mencakup materi-materi penting baik dalam hal soft skill seperti komunikasi dan adaptasi sosial, maupun hard skill seperti manajemen program kerja dan penerapan teknologi informasi di masyarakat.
“Pembekalan dilakukan setiap hari Jumat selama satu bulan. Setiap sesi akan melibatkan pemateri ahli, dilengkapi dengan post-test untuk mengukur pemahaman mahasiswa terhadap materi yang disampaikan,” ujar Haris.
Selain itu, dalam pembekalan akhir akan dibahas teknis keberangkatan dan perlengkapan mahasiswa selama di desa, termasuk opsi transportasi dan koordinasi penginapan. Filkom UB juga telah menyiapkan sekitar 30 dosen pembimbing lapangan (DPL), yang masing-masing akan mengawal dua kelompok mahasiswa selama program berlangsung.
Kecamatan Ngajum Sambut MMD Filkom UB dengan Antusias
Akhmad Taufiq J., S.S.T.P., M.M., Camat Kecamatan Ngajum, menyampaikan bahwa pihaknya menyambut baik kerja sama ini karena sejalan dengan tujuan pembangunan wilayah, terutama dalam konteks Sustainable Development Goals (SDGs) Desa. Ia mencatat bahwa setidaknya ada 10 dari 18 tujuan SDGs yang cocok dengan tema besar MMD Filkom UB, yaitu “IT for Better Life.”
“Harapan kami, mahasiswa bisa berkontribusi nyata di desa. Kami sudah siap 100%, mulai dari penginapan hingga rencana sinergi program kerja,” kata Taufiq.
Ia menambahkan bahwa keberadaan mahasiswa akan memberi dampak besar dalam meningkatkan kesadaran teknologi di masyarakat desa. Kecamatan Ngajum saat ini juga tengah menjalankan inovasi pelayanan publik berbasis digital bertajuk Desaku Tuntas, sehingga partisipasi mahasiswa akan sangat mendukung ekosistem ini.
Integrasi Ilmu dan Pengabdian untuk Indonesia
Program MMD ini tidak hanya menjadi ajang untuk pengabdian kepada masyarakat, tetapi juga pembelajaran langsung bagi mahasiswa tentang realitas sosial, budaya, dan tantangan pembangunan di desa. Terutama bagi mahasiswa yang berasal dari kota besar, pengalaman ini menjadi jembatan untuk lebih memahami wajah Indonesia secara menyeluruh.
Baca juga:
Filkom UB Hadirkan Pakar MSU Malaysia Bahas Human-Computer Interaction
Dosen dan mahasiswa nantinya akan melakukan monitoring dan evaluasi di pertengahan masa KKN serta seminar hasil di akhir Agustus, sebagai bentuk pertanggungjawaban dan refleksi dari proses yang dijalankan.
Filkom UB berharap MMD 2025 menjadi bagian dari sistem pengabdian yang berkelanjutan dan berdampak, baik bagi masyarakat desa maupun bagi mahasiswa yang terlibat.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya belajar di ruang kelas, tapi juga membangun desa dan masa depan Indonesia dengan teknologi dan empati,” tutup Dr. Herman Tolle.