Kanal24, Malang – Dosen Komunikasi Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Dr. Verdy Firmantoro mengkritik jalannya debat pamungkas terakhir para calon presiden. Debat final capres cawapres yang digelar Minggu, (4/2/2024) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta mengusung tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi.
Verdy menjelaskan bahwa dalam debat kali ini, pasangan calon 01 dan 03 tampil sedikit offensive, namun tidak sederas debat-debat sebelumnya. Sementara paslon 02 masih tetap dengan kontinuitasnya terhadap pemerintahan saat ini.
“Prabowo masih terlihat defensif dalam artian hanya meneruskan, hal ini terbukti dengan argumen di ujung segmen yang berkata akan melanjutkan program-program yang telah ada dalam periode Jokowi dan juga presiden-presiden sebelumnya,” terang Verdy dalam acara Nobar Debat “Live Youtube 3 Televisi Kampus: Final Battle Debat Calon Presiden.”
Baca Juga : Rektor USM Sebut Debat Capres Pamungkas Antiklimaks
Pasangan calon 01 pada kesempatan kali ini memilih kunci utama dengan membahas kritikan atas adanya ketimpangan, kota dengan desa, kaya dengan miskin, dan lain sebagainya. Sementara 02 berfokus pada mengangkat nama guru honorer, dimana Prabowo ingin menaikkan gaji guru. Serta 03 memilih concern terhadap inklusifitas untuk teman-teman disabilitas.
“Dalam dua segmen pertama, saya kira ini masih belum debat. Sifatnya masih sarasehan atau hanya diskusi,” ucap Verdy.
Menurutnya masing-masing paslon masih belum memberikan celah dan tidak ada pertarungan data argumentasi. Sehingga ketika gagasan dilontarkan, paslon lain hanya mengiyakan dan atau meneruskan satu sama lain.
Hal ini sangat disayangkan oleh Verdy, tiap paslon masih belum tampil maksimal. Secara umum semua paslon sangat berhati-hati agar tidak mendapat blunder dari gagasannya sendiri. Serta tidak adanya gagasan yang kontra narasi menjadikan kesempatan paslon 02, Prabowo untuk bersinar dengan defense-defense ringannya.
“Jika paslon 01 dan 03 ingin berfokus pada narasi perubahan, seharusnya mereka memberikan narasi kontra. Memaparkan apa yang tidak disepakati dan apa yang menjadi persoalan dari pemerintahan saat ini,” ujar Verdy.
Bahkan Verdy berpendapat bahwa seharusnya final debat kali ini adalah menjadi debat pertama. Karena dialektika pada debat ini belum terjadi secara debatable. Meski pada segmen ketiga mulai ada kontra narasi, namun narasi-narasi tersebut tidak terlalu signifikan. Karena masing-masing paslon masih fokus terhadap hal-hal yang bersifat normatif dan umum.
Dalam debat kali ini justru menjadi panggung untuk paslon 02, Prabowo Subianto. Karena closing statement-nya yang menyampaikan narasi simpatik, sesuai dengan tipikal masyarakat Indonesia yang lebih senang dengan panggung simpati dan empati.
Verdy berpesan, pada debat kali ini kemungkinan swing voter yang masih kebingungan menentukan pilihannya masih belum menemukan pilihannya. Bahkan kemungkinan mereka baru bisa menemukan pilihan di hari pemungutan suara kelak, 14 Februari 2024. (fan)