Kanal24, Malang – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) bekerja sama dengan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan (BALK) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia menyelenggarakan Dialog Moderasi Beragama pada Jumat (13/09/2024) di Auditorium Nuswantara FISIP UB. Acara ini melibatkan berbagai tokoh penting, serta sejumlah narasumber yang ahli dalam bidang agama dan pendidikan.
Hadir dalam acara tersebut adalah Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Suyitno, M.Ag., Kepala Puslitbang BALK Kemenag, M. Arfi Hatim, M.Ag., dan dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. Ahmad Izuddin, S.H., M.Ag. Selain itu, turut hadir Prof. Anang Sujoko, S.Sos., M.Si., D.COMM, dosen FISIP UB, dan Dr. Achmad Sulton, S.Ag., M.Pd.I., Kepala UPT Laboratorium Pendidikan Agama Universitas Negeri Malang (UM), yang memberikan pandangan serta analisis mengenai moderasi beragama di kalangan mahasiswa dan civitas akademika.
Wakil Rektor Bidang Akademik UB, Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, MP., menekankan pentingnya sikap moderasi dalam beragama, terutama di lingkungan kampus yang sangat beragam. “Moderasi beragama adalah sikap mental yang harus dijaga dan dikembangkan di Universitas Brawijaya. Kami sudah sejak lama menerapkan nilai-nilai moderasi ini, di mana mahasiswa didorong untuk menghormati keyakinan dan budaya orang lain. Universitas Brawijaya menjadi miniatur keberagaman Indonesia, dengan mahasiswa yang datang dari berbagai latar belakang agama, suku, dan budaya,” ujar Imam.
Prof. Imam juga menambahkan bahwa moderasi dalam beragama tidak hanya sekedar menghargai perbedaan, tetapi juga mendorong sikap saling tolong menolong, menghormati, dan bekerja sama demi kemaslahatan bersama.
“Dalam konteks kemanusiaan, kita menghargai pilihan orang lain, apakah itu agama, budaya, atau adat istiadat. Kita juga mendorong mahasiswa untuk saling menghormati, saling membantu, dan bekerja sama dalam keberagaman. Ini menjadi sangat penting, terutama di Universitas Brawijaya, di mana mahasiswa berasal dari seluruh penjuru Indonesia dan membawa dinamika budaya yang sangat tinggi.”
Moderasi beragama, lanjut Imam, juga menjadi salah satu karakter yang ingin dibangun UB melalui unit-unit seperti UPT Pengembangan Kepribadian dan Kewarganegaraan (PKN), yang berperan dalam membentuk sikap moderat bagi mahasiswa.
“Mahasiswa UB harus moderat, artinya memiliki keyakinan terhadap nilai yang diyakini, namun tetap mampu menghargai perbedaan,” imbuhnya.
Acara Dialog Moderasi Beragama ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada seluruh civitas akademika Universitas Brawijaya tentang pentingnya sikap moderat dalam kehidupan beragama, terutama di tengah masyarakat yang plural. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkuat semangat Bhinneka Tunggal Ika, sebagai dasar dalam menjaga kerukunan dan persatuan di Indonesia.
Melalui acara ini, moderasi beragama bukan hanya sebuah konsep, melainkan praktik nyata yang harus terus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan kampus maupun di masyarakat luas. Universitas Brawijaya, dengan segala keragamannya, berkomitmen untuk terus mempromosikan dan menerapkan nilai-nilai moderasi beragama sebagai bagian dari karakter mahasiswa dan civitas akademikanya. (una/nid)