KANAL24, Malang – Isu ketahanan pangan nasional dan global disikapi dengan serius oleh Fakultas Pertanian UB dengan memaksimlakan potensi dan bergandengan tangan dengan pihak lain. Terbaru Fakultas Pertanian UB berkolaborasi dengan BMKG untuk mengelola Automatic Weather System (AWS).
Wakil Dekan II FP UB Mangku Purnomo, Ph.D menjelaskan bahwa kerjasama dengan BMKG ini merupakan terobosan untuk memanfaatkan teknologi cuaca dan iklim yang dapat dimanfaatkan untuk bidang pertanian.
“Selama ini mungkin orang mengenal BMKG hanya untuk prakiraan cuaca untuk penerbangan atau data cuaca umum seperti hujan atau tidak. Padahal dalam dunia pertanian prakiaraan cuaca dan iklim sangat membantu petani dalam membuat perencananaan tanam,” kata Purnomo, Jum’at (21/10/2022).
Pemanfaatan data iklim ini yang kemudian dikolaborasikan antara BMKG dengan FP UB melalui teknologi AWS. Mangku memaparkan pihaknya sudah bertemu dengan BMKG Karangploso dan membuat empat kesepatakan.
“Ada empat kesepakatan penting yang kami capai dengan BMKG dan semua hal tersebut untuk mendukung adanya big data dalam bidang pertanian dari sisi agroklimate,” lanjutnya.
Empat kesepakatan tersebut adalah AWS akan diinstalasikan ke stasiun yang dimiliki UB dengan biaya pemeliharaan dari BMKG, Kerjasama ristek bidang agroklimate antara BMKG dan FP dengan memanfaatkan lahan di sekitar stasiun klimtae BMKG. Ketiga BMKG akan mengadakan TOT bagi dosen dan mahasiswa FP sebagai penyuluh iklim dan BMKG menjadi mitra FP UB dalam memfasilitasi praktikum agroklimatologi.
Dengan kesepakatan ini maka kedua belah pihak akan saling terbantu terutama dengan penyajian data cuaca dan iklim agroklimate yang lebih akurat baik untuk dunia pendidikan maupun pertanian secara langsung dan terbentuknya sumber daya penyuluh pertanian yang memiliki kemampuan lebih dibidang cuaca.
Purnomo menyebut kerjasama ini sangat bagus karena nantinya terdapat sinergi dalam pemanfaatan data cuaca yang dapat dimanfaatkan oleh pihak perguruan tinggi dan kelompok tani terutama dalam perubahan cuaca yang berimbas kepada agenda pertanian.
“Kita tahu saat ini perubahan cuaca dan iklim tidak menentu padahal bagi petani iklim dan cuaca ini berperan penting bagi kelangsungan produksi mereka. Sehingga ketika petani dapat memanfaatkan prakiraan cuaca dan iklim ini sangat membantu,” kata dosen FP UB ini.
Diharapkan kedepan nantinya akan muncul penyuluh pertanian yang tidak hanya mampu menjelaskan teknis pertanian namun juga mampu membaca dan menganalisa cuaca sebagai salah satu rujukan dalam bidang pertanian.(sdk)