KANAL24, Jakarta – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan bahwa sepanjang Mei 2019, angka serapan biodiesel mencapai 557 ribu ton atau meningkat 8 persen dibandingkan angka serapan April 2019 yang tercatat hanya 516 ribu ton.
“Peningkatan ini seiring dengan berjalannya mandatori B20,” ujar Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sarjono di Jakarta, Senin (15/7/2019).
Mukti mengatakan, merunut pada situasi global, di mana sentimen regulasi pada negara-negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia (termasuk biodiesel), maka sudah selayaknya pemerintah melakukan langkah antisipatif, salah satunya dengan cara mempercepat implementasi B30.
“Dinamika saat ini, pasar global bergejolak karena sentimen regulasi di India, Eropa. Di satu sisi, stok cukup tinggi di Malaysia dan Indonesia. Pemerintah harus segera mengakselerasi dengan B30,” tuturnya.
Selain B30 untuk kendaraan, ujicoba B30 untuk pembangkit listrik PLN juga disebut Mukti akan dilakukan pada Oktober 2019 mendatang.
” Jika program serapan dalam negeri berjalan optimal, yaitu B30 sebesar 9 juta ton dan PLN sekitar 3 juta ton, maka peningkatan serapan domestik itu akan mengurangi dampak tingginya stok,” tuturnya.
“Indonesia bisa mengurangi impor minyak bumi, juga mengurangi ketergantungan terhadap serapan pasar global, khususnya Eropa,” imbuhnya.
Selain hal tersebut di atas, GAPKI, kata Mukti juga mendorong percepatan program peremajaan kebun sawit atau replanting. Selain untuk menjaga keseimbangan stok, Indonesia juga bisa memperbaiki produktivitas dan melakukan efisiensi untuk jangka panjang.
Per Mei 2019, harga CPO CIF Rotterdam bergerak di kisaran USD492,5 – USD 535 permetrik ton, dengan harga rata-rata USD511,9 per metrik ton.
Sementara itu stok minyak sawit pada Mei 2019 berada di level 3,53 juta ton. Jumlah ini meningkat 11 persen dibanding stok pada April 2019 yang sebesar 3,18 juta ton.(sdk)