Kanal24, Malang – Sebagai respons atas meningkatnya peran generasi muda dalam menciptakan peluang ekonomi berbasis kreativitas, dua praktisi kreatif Kota Malang memaparkan pentingnya pengembangan talenta, keberlanjutan produksi, dan pemanfaatan limbah fashion sebagai sumber nilai ekonomi baru. Materi tersebut dijelaskan oleh Zizi Rafika R. dan Dewi Utari, yang menekankan bahwa kreativitas Gen Z kini tidak hanya menghasilkan karya, tetapi juga mampu menciptakan dampak lingkungan dan sosial yang lebih luas.
Mereka hadir dalam acara āKita Indonesia Influence&Winā, diselenggarakan oleh RRI Malang bekerja sama dengan Malang Creative Preneur, berlangsung pada Sabtu (22/11/2025) di Gedong Ijen CafĆ©, Kota Malang.
Baca juga:
Indonesia Hadapi Ancaman Trilema Energi

Kolaborasi Kreatif dan Edukasi Berkelanjutan
Dalam paparannya, Zizi Rafika menjelaskan bahwa acara ini mengusung konsep talkshow interaktif yang menghadirkan Gen Z kreatif sebagai contoh nyata pelaku ekonomi kreatif masa kini. Menurutnya, banyak anak muda telah mampu meraih pendapatan melalui skill mereka sendiri, mulai dari fashion design hingga produksi aksesori berbahan limbah tekstil.
āSelain talkshow, kami juga menampilkan live boot process mengenai cara membuat baju ready-to-wear dan aksesori berbahan limbah denim. Jadi fashion bukan hanya soal gaya, tapi juga nilai dan dampak positif bagi lingkungan,ā ungkap Zizi.
Fashion Berbasis Limbah dan Zero Waste
Zizi menegaskan bahwa highlight utama dari kegiatannya adalah melihat bagaimana Gen Z dapat memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi kreatif, terutama yang berfokus pada isu lingkungan.
āKami ingin menunjukkan pengaruh Gen Z yang punya kreativitas tinggi. Mereka bisa menginspirasi gen lainnya. Ke depan, akan ada podcast yang menampilkan talenta muda agar semakin banyak yang tergerak,ā jelasnya.
Pendekatan ini tidak hanya memperkenalkan karya fashion, tetapi juga mengajarkan prinsip keberlanjutan melalui pemanfaatan limbah tekstil, yang kini semakin menjadi tren global dalam industri mode.
Tantangan Konsistensi dan Personal Branding Gen Z
Sebagai pemilik Gedong Ijen sekaligus praktisi kreatif, Dewi Utari menekankan bahwa kreativitas sebenarnya sudah dimiliki banyak anak muda, namun tantangan terbesar adalah konsistensi.
āKalau mereka punya talenta yang bagus tapi tidak konsisten, tidak akan berkembang. Disiplin diri itu kunci,ā tegas Dewi.
Ia menjelaskan bahwa personal branding sangat menentukan arah karier kreator muda. Menurutnya, minat dan bakat harus menjadi dasar identitas kreatif seseorang agar mereka memiliki positioning yang kuat di tengah persaingan konten yang semakin ketat.
āKita harus tahu dulu minat dan bakatnya. Dari situ dipoles untuk membentuk personal branding,ā tambahnya.
Peran Kolaborasi dalam Mengoptimalkan Talenta Muda
Dewi juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas komunitas dan media untuk membuka lebih banyak peluang bagi talenta muda. Ia menyebut kolaborasi antara dirinya, Zizi, komunitas Gen Z Malang Raya, serta RRI Malang sebagai contoh nyata strategi memperluas dampak kegiatan kreatif.
āAcaranya tidak hanya untuk anak muda, tetapi untuk semua segmen. Kreativitas mereka dinikmati berbagai kalangan,ā ujarnya.
Melalui pendekatan kolaboratif dan pola kerja berkelanjutan, kegiatan ini memperlihatkan bahwa kreativitas generasi muda mampu menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi kreatif Kota Malang, sekaligus menguatkan budaya inovatif yang ramah lingkungan. (nid/dht)









