Kanal24, Malang – Debat calon presiden 2024 telah selesai digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara keseluruhan. Debat tahap kelima yang membawakan tema Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia, dan Inklusi. Telah usai diadakan di Jakarta Convention Center (JCC) pada Minggu (04/02/2024).
Debat ini juga menimbulkan berbagai tanggapan dan kritik dari para pakar. Guru Besar Bidang Komunikasi Politik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Suwandi Sumartias, M.S berpendapat pada segmen pertama dalam debat tersebut. Beliau mengatakan bahwa jawaban para kandidat kurang menyentuh. Dari pertanyaan panelis soal angka harapan hidup para capres hanya menjawab dengan narasi umum saja. Jika berbicara dalam skala nasional, jawaban mereka jelas kurang menyentuh.
“Dalam menanggapi isu-isu krisis, mereka perlu menjawab dengan responsif. Namun hal tersebut tidak dilakukan,” ujar Suwandi.
Menurutnya beberapa hal yang sifatnya sangat urgent seperti isu kesehatan tidak dijawab dengan baik oleh mereka. Tidak adanya tawaran formulasi kebijakan dalam gagasan yang para paslon paparkan.
“Mereka bisa saja membahas kebijakan politik anggaran yang telah dikaji lebih lanjut dan dibahas lebih dalam karena kesehatan adalah ujung tombak dari permasalahan mortalitas,” terang Suwandi.
Menurut Suwandi tidak ada sesuatu yang betul-betul menggambarkan para capres ini memiliki sikap kenegarawanan. Meski ada beberapa tawaran yang sangat akomodatif dan kolaboratif diantara ketiganya.
Beberapa permasalahan juga masih belum memiliki titik terang yang jelas. Seperti permasalahan UKT yang telah disampaikan.
“Seharusnya kita berkaca ke negara sebelah dan negara-negara maju lainnya. Dengan begitu para capres dapat memberikan kebijakan makro, profesional, dan aplikatif kedepannya,” harap Suwandi.
Selain faktor keberuntungan, takdir, serta upaya kampanye para calon, debat kali ini diharapkan akan memberi pandangan untuk para pemilih.
Namun sayangnya debat kali ini para capres kurang beradu gagasan, hal ini akan menyusahkan para swing voter dalam menentukan pilihannya.
“Saya berharap agar masyarakat menjadi pemilih yang cerdas, tidak termakan isu-isu transaksional. Ini adalah pekerjaan besar, jangan sampai kita bergantung pada para elit. Siapapun presiden yang akan terpilih kelak, tetapkan dalam hati alasan yang kuat dalam memilihnya. Jangan hanya karena satu atau dua hal transaksional yang sudah menjadi rahasia umum,” terang Suwandi. (fan)