Kanal24, Malang – Hamba para pecinta selalu merasakan kehadiran Yang Dicinta dalam dirinya. Tidak ada sejenak pun dalam pikiran kecuali dia merasakan bahwa Yang Dicinta selalu menyertai dirinya dalam keadaan apapun da dimanapun sehingga dia tidak memberikan ruang pada dirinya yang dapat mengecewakan Sang Dicinta atas segala apa yang ditelah ditetapkan oleh Sang Dicinta, apalagi melanggar batasanNya. Para pecinta akan sangat ketakutan manakala Sang Dicinta memarahinya dan memutuskan hubungan dengannya karena dirinya telah melampaui batas aturannya.
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱصۡرِفۡ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا
Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal,” (QS. Al-Furqan : 65)
Azab adalah pemisah kenikmatan. Mencintai Sang Pemilik Cinta adalah cara mendapatkan kenikmatan abadi. Keindahan diatas segala keindahan yang mampu mengundang datangnya beragam kenikmatan. Namun pengkhianatan dan penyelewengan sikap adalah tindakan yang mengecewakan dan akan mengundang murka serta adzab dariNya yang akan memisahkan dirinya dengan Sang Dicinta di lembah kehinaan dan kebinasaan. Karenanya para pecinta akan berupaya untuk selalu taat di jalan ridhoNya, dengan tindakan dan sikap yang mampu membuat Sang Dicinta terus mencintai dirinya dan tak putus dalam menurunkan kasih sayangNya.
Hamba para pencinta akan selalu mencari cintaNya dengan bersikap ringan tangan dalam memberi kepada para pencinta lainnya. Karena orang yang sedang dimabuk cinta akan selalu ringan tangan, loman, murah hati, suka memberi kepada Yang Dicintainya. Bermurah hati adalah ungkapan kebahagiaan karena dirinya sedang mencinta dan dicinta. Memberi adalah cara membuat Sang Dicinta akan semakin cinta pada diri pencinta. Karena Sang Dicinta adalah Dzat Yang Maha Pemurah, yang tidak sedetikpun lepas dalam memberi dan menebar kasih (rahmad) kepada semua ciptaannya. Mencinta i adalah kesediaan meniru sifat Sang Pencinta yang Maha Pemurah. Sehingga diri para pencinta sejati akan selalu bahagia untuk memberi dan bermurah hati kepada siapa saja.
وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُواْ لَمۡ يُسۡرِفُواْ وَلَمۡ يَقۡتُرُواْ وَكَانَ بَيۡنَ ذَٰلِكَ قَوَامٗا
Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar, (QS. Al-Furqan : 67)
Memberi adalah wujud hati yang terbuka untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Memberi adalah cara mengundang cinta. Cinta dari sesama para pencinta dan cinta dari Sang Pemilik Muara Cinta.
الراحمون يرحمهم الرحمن، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
Orang yang memberi kasih sayang maka dia akan mendapatkan kasih sayang Allah, sayangilah orang yang di bumi, niscaya kamu akan dikasih sayangi orang yang di langit. (HR. Bukhari)
Bermurah hati dengan banyak memberi, berinfaq harta adalah cara mengundang rezeqi. Inilah filosofi kehidupan yaitu memberi dan diberi. Jika kita ingin diberi atau mendapatkan cinta yang lebih banyak maka awalilah dengan memberi. Seorang pencinta yang sedang memberi, sejatinya tidak sedang menghabiskan hartanya, melainkan sedang mentransfernya untuk diambil nanti. Para pencinta bertindak adil dalam memberi, yaitu tidak bersikap boros (israf) atau bersikap kikir (taqtir). Seorang pencinta adalah orang yang suka memberi dan baginya kecintaan dari Sang Pemilik Cinta Abadi. Teladan para pencinta bersabda :
Tidak ada satuhari pun yang didalamnya para hamba berpagi hari kecuali akan turun dua malaikat, kemudian satunya berkata: Ya Allah berikanlah ganti kepada orang yang berinfak, sedangkan yang satunya berdoa, ’Ya Allah berikanlah kehancuran bagi orang yang menahan hartanya (kikir).’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikianlah pula dalam sabdanya bahwa siapa saja dari para pecinta bermurah hati dengan berinfaq maka pasti segera dibalas oleh Nya.
عَنِ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قِيلَ لَهُ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ قَالَ مُعَاوِيَةُ فِي حَدِيثِهِ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
“Dikatakan kepadanya; ‘Berinfaqlah maka Aku (Allah) akan berinfaq kepadamu.” Mu’awiyah menyebutkan dalam haditsnya; Rasulullah bersabda: “Rabb kita ‘azza wajalla berfirman; ‘Berinfaqlah maka Aku (Allah) akan berinfaq kepadamu.'” (HR. Ahmad, no. 9606)
Hamba para pecinta akan selalu meneguhkan komitmen cintanya agar selalu berada dalam ikatan cinta yang tulus padaNya. Mencinta adalah bersedia tunduk dan patuh atas kesepakatan cinta yang bermula dari kata persaksian ungkapan awal mencinta bahwa tidak ada Yang layak dicinta kecuali Dia yang Maha Pemilik Segala Muara Cinta. Seorang pencinta sejati memiliki komitmen yang kuat dalam menjaga hubungan cintanya dengan Sang Dicinta dengan tidak menduakannya, mensekutukannya dan menyamakannya dengan lainnya. Karena tidak ada yang layak dicinta kecuali hanya Dia Saja Pemilik Satu-satunya Muara Cinta dan tidak ada lainnya.
وَٱلَّذِينَ لَا يَدۡعُونَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ …….
dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain …. (QS. Al-Furqan : 68)
Mencintai berarti bersedia bahwa hatinya hanya tertuju pada Sang Dicinta saja dan menutup hati pada lainnya sehingga yang ada dalam pikiran dan hatinya hanya DIA. Dia Sang Maha Dicinta amatlah cemburu apabila diduakan dan amatlah marah manakala disekutukan dengan yang lainnya.
Semoga dalam diri kita dipenuhi rasa cinta abadi dan seluruh tarikan nafas kita dan setiap langkah kita hanyalah berisi cinta padaNya dan tidak pada lainnya. Aamiiinnn…..
(Berlanjut pada tulisan berikutnya, tentang Hamba para pencinta, ‘Ibaadurrahmaan).
KH. Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Fisip UB, Motivator dan Penulis Buku Produktif