KANAL24, Malang – Kota Malang pada Oktober 2020 kembali mengalami deflasi, yakni sebesar 0.06 persen. Penurunan harga komoditas buah mangga dan pir menjadi penyebab utama deflasi di kota Malang. Pada Oktober 2020 deflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 0,07 persen; diikuti Kota Malang 0,06 persen; Kota Kediri 0,05; dan Kota Surabaya sebesar 0,02 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Sunaryo, mengungkapkan, 10 komoditas penyumbang deflasi yakni penurunan harga buah mangga sebesar 14.16 persen, daging ayam ras turun 1.89 persen, alpukat 14.46 persen, emas 1.38 persen, buah pir 14.81 persen, gula pasir 4.16 persen, buah naga 9.89 persen, telur ayam ras 1.79 persen, dan penurunan harga buah anggur sebesar 10.79 persen.
“Berdasarkan kelompok pengeluaran, makanan, minuman dan tembakau menyumbang deflasi Kota Malang dengan andil -042 persen, andil terbanyak harga turunnya harga buah-buahan dan daging ayam ras. Kelompok ini yang paling tinggi dibandingkan kelompok yang lainnya,” ujar Sunaryo dalam rilisnya kepada media, Selasa (3/11/2020).
Sementara, komoditas penghambat deflasi atau turut andil dalam angka inflasi meliputi kenaikan tarif angkutan udara sebesar 2.49 persen, cabai merah 41.71 persen, bawang merah 9.68 persen, cabai rawit 11.53 persen, tarif kendaraan roda dua online 4.71 persen, kelengkeng 11.95 persen, pisang 1.64 persen, parfum 1.42 persen, minuman ringan 4.76 persen, dan minyak goreng 6.53 persen.
“Di samping deflasi, ada komoditas penyumbang inflasi. Namun bobot komoditas penyumbang deflasi lebih besar, sehingga Kota Malang tetap mengalami deflasi meskipun sejumlah komoditas terpantau mengalami kenaikan harga,” paparnya.
Dikatakan Suraryo, jika dibandingkan tingkat inflasi tahun kalender (Januari – Oktober) 2020 di delapan kota, IHK Jatim sampai dengan bulan Oktober 2020, Jember merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi. Yakni mencapai 1,27 persen. Sedangkan kota yang mengalami inflasi tahun kalender terendah adalah Surabaya yang mengalami inflasi 0,62 persen.
Sementara Jawa Timur terpantau juga mengalami deflasi sebesar -0.02 persen, sedangkan secara nasional mengalami inflasi 0.07 persen.(sdk)