Kanal24, Malang – Peringatan Hari Guru Nasional 25 November 2025 menjadi momentum refleksi terhadap kesejahteraan para pendidik yang selama ini menjalankan peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Di tengah tuntutan peningkatan kualitas pendidikan, pembahasan mengenai gaji guru kembali menjadi sorotan global, terutama ketika data internasional menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara negara-negara maju dan berkembang. Momen ini dinilai penting untuk memahami bagaimana negara-negara di dunia memberi penghargaan secara ekonomi kepada profesi yang disebut sebagai “pilar utama peradaban”.
Gaji Guru di Negara Maju: Menggiurkan dan Stabil
Di kawasan Eropa Barat, profesi guru memiliki tingkat remunerasi yang jauh lebih tinggi dibanding banyak negara lain. Di sejumlah negara seperti Jerman, Belanda, dan Luksemburg, gaji guru berada pada kategori tertinggi secara global. Guru sekolah dasar di Jerman, misalnya, dapat menerima gaji tahunan mendekati angka seratus ribu dolar setelah dikonversi ke nilai daya beli internasional.
Baca juga:
Menata Ulang Pemberdayaan Masyarakat Tambang
Negara-negara ini juga menerapkan struktur gaji yang meningkat tajam seiring bertambahnya masa kerja dan peningkatan kualifikasi akademik. Guru yang telah mengajar lebih dari 15 tahun dapat memperoleh penghasilan yang sangat kompetitif, bahkan menyaingi profesi profesional lainnya. Selain gaji dasar, tunjangan khusus, bonus kinerja, hingga insentif terkait pelatihan turut memperkuat pendapatan aktual para pendidik di negara-negara maju tersebut.
Negara dengan Gaji Guru Menengah dan Rendah
Berbanding terbalik dengan negara-negara Eropa Barat, beberapa negara lain masih mencatatkan gaji guru relatif rendah meski tuntutan pekerjaan sama beratnya. Yunani, misalnya, berada pada posisi rendah dalam daftar gaji guru internasional dengan pendapatan tahunan yang terpaut jauh dari rata-rata global.
Di beberapa negara Eropa Timur dan Asia, guru pemula bahkan belum mampu mencapai tingkat gaji layak jika disesuaikan dengan biaya hidup setempat. Meskipun sebagian negara memberikan tambahan penghasilan melalui tunjangan, nilainya masih belum dapat mengimbangi kebutuhan pokok maupun inflasi yang terus meningkat. Situasi ini membuat profesi guru di sejumlah wilayah kurang diminati generasi muda.
Tren Perubahan dan Tantangan Baru
Laporan-laporan global menunjukkan bahwa ketimpangan gaji guru tidak hanya berkaitan dengan kondisi ekonomi negara, tetapi juga dengan kebijakan anggaran pendidikan yang diterapkan. Di beberapa negara maju sekalipun, guru mengalami penurunan gaji riil karena inflasi tinggi. Beberapa wilayah di Eropa mencatat penyusutan daya beli pendidik dalam beberapa tahun terakhir.
Sebaliknya, sejumlah negara berupaya memperbaiki kondisi ini melalui reformasi besar-besaran, termasuk menaikkan gaji dasar, memperkuat tunjangan, serta memberikan bonus berbasis prestasi. Arah kebijakan ini didorong oleh kesadaran bahwa kualitas pendidikan sulit meningkat tanpa kesejahteraan guru yang memadai.
Posisi Indonesia dalam Peta Global
Di kawasan Asia Tenggara, posisi Indonesia masih menjadi sorotan karena gaji guru dinilai lebih rendah dibandingkan sejumlah negara tetangga. Di Singapura, misalnya, pendidik mendapatkan remunerasi bulanan yang berkali-kali lipat lebih besar daripada rata-rata guru di Indonesia.
Kondisi ini memunculkan tantangan tersendiri, terutama dalam kompetisi regional untuk mempertahankan tenaga pendidik terbaik. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan sangat berpengaruh terhadap motivasi, retensi profesi, dan kualitas pengajaran. Di Indonesia, meskipun pemerintah telah memberikan berbagai insentif seperti tunjangan profesi, disparitas antara teori dan praktik di lapangan masih cukup besar.
Mengapa Gaji Guru Berbeda-Beda?
Perbedaan gaji guru di berbagai negara dipengaruhi oleh sejumlah faktor struktural yang berkaitan langsung dengan kondisi ekonomi dan kebijakan pendidikan masing-masing pemerintah. Negara dengan anggaran pendidikan besar umumnya mampu memberikan gaji tinggi karena profesi guru diperlakukan sebagai investasi jangka panjang untuk kualitas sumber daya manusia.
Selain itu, biaya hidup juga menjadi variabel penting yang menentukan besaran gaji. Di negara dengan tingkat inflasi rendah dan paritas daya beli tinggi, gaji guru disesuaikan agar tetap kompetitif dan layak. Faktor pengalaman mengajar, kualifikasi akademik, serta beban kerja tambahan turut membentuk struktur gaji, sehingga guru yang memiliki sertifikasi atau jenjang pendidikan lebih tinggi cenderung menerima kompensasi lebih besar.
Di sisi lain, negara yang masih menghadapi kendala fiskal atau belum menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama cenderung memberikan gaji yang lebih rendah. Dalam beberapa kasus, sistem remunerasi tidak diperbarui mengikuti perkembangan ekonomi, sehingga gaji guru mengalami stagnasi bahkan penurunan daya beli.
Tunjangan dan bonus yang tidak merata antarwilayah juga memperlebar kesenjangan kesejahteraan antarpendidik. Kombinasi dari berbagai faktor tersebut—mulai dari kebijakan nasional, kemampuan anggaran, hingga struktur ekonomi makro—menyebabkan gaji guru di dunia memiliki perbedaan mencolok meskipun peran mereka secara universal sama pentingnya.
Momentum Hari Guru Nasional: Saatnya Refleksi Global
Hari Guru Nasional 2025 mengingatkan bahwa penghargaan terhadap guru tidak boleh berhenti pada seremoni simbolik. Data global mempertegas bahwa profesi guru membutuhkan dukungan ekonomi yang selaras dengan peran besar mereka dalam pembangunan bangsa.
Kesenjangan besar antarnegara dalam hal gaji pendidik menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah di tingkat kebijakan. Sebuah negara yang ingin meningkatkan kualitas sumber daya manusia perlu menempatkan guru sebagai prioritas investasi jangka panjang, bukan sekadar komponen biaya.
Dengan melihat praktik terbaik di negara lain, ada banyak pelajaran yang dapat digunakan untuk mendorong perbaikan kebijakan di Indonesia—mulai dari peningkatan gaji dasar, penguatan tunjangan, hingga penyederhanaan administrasi yang sering membebani guru. (nid)










